Halaman

Jumat, 17 Januari 2014

Mantapkan Dakwah Tentang Adab Berbangsa Dan Bernegara

Humaniora     Dibaca :265 kali , 0 komentar

Mantapkan Dakwah Tentang Adab Berbangsa Dan Bernegara

Ditulis : Herwin Nur, 19 Januari 2013 | 12:25

Dampak Pingitan Orde Baru
Alih kepemimpinan nasional, alih era atau bahkan zaman, Orde Baru (Orba) ke era Reformasi, 21 Mei 1998. Bangsa dan rakyat Indonesia bak lepas dari pingitan Orba selama lebih dari tiga dasawarsa. Orba berhasil melaksanakan pembangunan di segala bidang, paralel dengan pengikisan atau pemiskinan nilai moral, khususnya etika bernegara secara formal dan sistematis.


Pemilu di awal Reformasi,1999, sebagai pertanda adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik (parpol), sekaligus sebagai awal konflik berbasis beda parpol yang dipraktekkan oleh elit parpol di tingkat nasional sampai tingkat daerah.

Alergi Pancasila Sakti
Pancasila Sakti sebagai jiwa Orba, didukung dengan praktek lembaga BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dengan sistem indoktrinasi yang dibangun atas dasar tafsir monolitik pemerintah. Hapsak tiap 1Oktober masih dilestarikan sampai sekarang.


Ironisnya, Pancasila sebagai dasar negara, di babak Reformasi direkayasa masuk kategori pilar (4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara : Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) dan disosialisasikan oleh semacam Badan Pengkajian dan Pemasyarakatan 4 Pilar (sumber : http://www.dkn.go.id/wantannas/images/ stories/4_pilar_ wantannas.pdf). 

Pemasyarakatan 4 Pilar untuk sementara dilaksanakan oleh Kementerian/LPNK sesuai tugas dan fungsi masing-masing sambil menunggu kajian yang matang mengenai perlunya pembentukanBadan Khusus.

Kontribusi Kementrian Agama
Langkah mendesak yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama adalah:
i.                   Menyiapkan materi pembekalan dari aspek keagamaan.
ii.          Merumuskan “Doa Anak bangsa” untuk dibacakan pada pembukaan dan penutupan setiap kegiatan instansi (didahului oleh instansi pemerintah dan selanjutnya dihimbau untuk diikuti oleh instansi swasta) yang dikemas secara baik berisi substansi 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.
iii.          Mengembangkan materi diskusi berkaitan dengan aliran kepercayaan yang bertentangan.


Pemasyarakatan secara formal, bersertifikat perlu diimbangi dengan metode dakwah. Pendakwah tidak bisa jalan sendiri, bahkan menjadi kewajiban setiap umat Islam.

Kondisi Faktual dan Aktual
Prinsip berbangsa dan bernegara yang dibangun oleh para pendiri negara (founding fathers) masih dibutuhkan, walau telah terjadi berbagai perubahan. 4 Pilar tetap mengacu pada upaya untuk memajukan kepentingan umum (bonnum commune) dalam format ketuhanan, mengacu hak asasi manusia, mengutamakan persatuan, mengembangkan demokrasi, serta berorientasi dan fokus pada realisasi keadilan sosial.


Peradaban suatu bangsa dilihat pada tingkah laku warga negaranya, telah bertindak sesuai dengan aturan main yang disepakati bersama atau tidak. Berbagai konflik kepentingan yang bisa mengarah ke tragedi kemanusiaan, di tingkat lokal atau akar rumput sampai skala regional maupun nasional, baik yang dirahasiakan oleh pihak berwajib atau  jadi santapan murah awak media massa, membuktikan adanya kondisi bahwa 4 Pilar hanya sekedar Pedoman, wacana atau proyek politik.

Substansi dan Strategi Dakwah
Orba menyensor naskah khotbah sholat Hari Raya ‘Id, bukan kuwatir melenceng dari ajaran Islam, hanya waspada terhadap suara kebenaran. Khotib yang dianggap vokal, khotbah Jum’at diarahkan sesuai P4.


Masyarakat Indonesia yang serba multi, heterogen bukannya tak rawan dan rentan konflik. Masalah sepele berkembang menjadi bertele-tele. Asal menumpahkan kata berakhir dengan pertumpahan darah. Baku kata berujung baku hantam. Semakin cerdas, kritis dan mudah menawar ayat kebenaran.

Dakwah yang bijak dan cerdas, adalah dimulai untuk dirinya sendiri. Menerus dalam keluarga, sampai lingkungan tempat tinggal. Tidak harus formal dalam bentuk khotbah, bisa dua arah. Di sembarang tempat, kapan pun, dengan metode panutan dan faktor ajar. Adab bertetangga, interaksi antar umat, toleransi positif menjadi warna dasar  dakwah [Herwin Nur/Wasathon].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar