Humaniora Dibaca :676 kali , 0 komentar
Utamakan Urusan Dengan Allah
Ditulis : Herwin Nur, 01 Februari 2013 | 16:07
Berani Hidup
Kepala
jadi kaki, kaki jadi kepala, menjadi semboyan hidup manusia dalam
menyelesaikan urusan dunia melaksanakan kewajiban menjemput rezeki-Nya.
Peras keringat dan peras otak, tak kenal waktu, hidup diuber waktu,
nyawa bisa jadi taruhan. Persaingan hidup menjadikan manusia siap
berjibaku, di mana saja, kapan saja, bahkan tidak pandang bulu.
Hidup
rutin harian, urusan dengan Allah tidak prioritas, dilakukan di sisa
waktu, di waktu luang. Bahkan saat tubuh butuh istirahat, lebih
mementingkan panggilan perut dan mata. Tuntunan dalam ‘hablumminallah’
sudah diatur dalam rukun dan tidak boleh dimodifikasi, baik bentuknya
maupun waktunya. Walau Allah memberikan kemudahan dan keringanan,
tentunya kita tidak mau dalam kondisi serba darurat.
Waktu
adalah uang, sampai dogma hidup untuk bekerja atau bekerja untuk hidup,
menjadi filsafat hidup kita. Orang sukses merasa karena kerja kerasnya.
Ketika musibah, atau mimpi tak segera terwujud, Allah menjadi sasaran
umpatan.
Manajemen Urusan
Fatwa
: “Bekerjalah untuk duniamu, seakan kamu hidup selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu mati besok.” Maknanya adalah
mengajak untuk menyegerakan amalan akhirat serta menunda pekerjaan
dunia. Manusia tidak akan pernah tahu kapan kontrak hidup di dunia
berakhir.
Urusan
dengan Allah, terutama dan utama adalah komunikasi dalam bentuk sholat 5
waktu. Manajemen urusan tersurat dalam terjemahan [QS Alam Nasyrah (94)
: 7] : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. Bisa ditafsirkan apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat.
Allah
SWT berfirman (dalam hadits Qudsiy): “Aku tergantung prasangka hamba-Ku
terhadap-Ku”. Kita mantapkan bahwa kita butuh Allah. Di sisi lain, kalau hak Allah tersisihkan, kata Rasulullah, maka Allah akan menumbuhkan empat perkara. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa
yang pada pagi harinya menjadikan dunia sebagai konsentrasi yang utama,
dan sama sekali tidak memperhatikan hak Allah, niscaya Allah akan
menumbuhkan empat perkara kepadanya. Pertama, keinginan yang tidak
pernah habis-habisnya. Kedua, kesibukan yang tidak pernah terselesaikan
olehnya. Ketiga, kebutuhan yang tidak berujung. Dan keempat, angan-angan
yang tidak pernah tercapai”. (HR Dailami)
Hikmah,
kebaikan maupun manfaat bangun pagi, sudah dibuktikan secara medis
untuk kesehatan jasmani dan rohani. Bangun pagi sebagai terapi
pengobatan, sebagai obat alternatif yang gratis, untuk mendapatkan udara
segar. Diyakini, pagi
merupakan sumber tenaga, sumber enerji, kekuatan dasar sebagai modal
awal untuk memulai, melanjutkan dan mengulang berbagai macam aktivitas
kehidupan.
Wajar
dan manusiawi, bangun pagi sebelum matahari menyapa mata karena
panggilan duniawi. Ditingkatkan dengan kesadaran, karena saat jelang
terbit matahari malaikat pembawa rezeki menyebarkan rezekinya di dunia,
serta menyaksikan hamba Allah yang sedang sholat subuh. Usai sholat
subuh, bertebaran di muka bumi mencari rezeki Tuhan.
Manusia Wajib Bekerja
Bekerja tak ada pensiun. Kondisi tersebut berdasarkan sebagian terjemahan [QS At Taubah (9) : 105] : "Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, .. “. Kerja tidak harus secara fisik, sejalan dengan
pertambahan usia, kontribusi bisa melalui pemikiran, atau bisa bekerja
di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar