Halaman

Jumat, 24 Januari 2014

KUCING DALAM KARUNG vs FOTO GARONG DI SPANDUK



Selasa, 12/07/2011 20:06
KUCING DALAM KARUNG vs FOTO GARONG DI SPANDUK 

Hanya karena kedudukan, kepentingan dan Rp yang menyebabkan manusia akrab dengan politik. Kondisi ini sejalan dengan maraknya berhala Reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa) yang sudah merambah sampai tingkat kelurahan, serta mewarnai kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Tidak ada kawan setia dalam berpolitik. Contoh hangatnya, kasus menguapnya mantan Bendum Partai Demokrat, bung MN, sedang singgah di Singapura (negara tujuan koruptor Nusantara). Tak ada sekutu abadi dan tak ada seteru sampai mati, demikian platform kawanan parpolis. Sungguh dilematis dalam setiap pemilu, khususnya dalam memilih wakil rakyat dan pemilukada. Walau tidak masuk kategori kucing dalam karung, namun ujung-ujungnya oknum wakil rakyat atau mantan gubernur, bupati, walikota mendapat status tersangka, terduga, sampai terpidana.

Karena kerikil kecil orang tergelincir. Karena lubang kecil tabung gas elpiji 3 kg mampu memporakperandakan kawasan permukiman. Sudah digariskan bahwa periode 2009-2014 merupakan puncak dan klimaks kebrutalan kawanan parpolis, baik yang sedang nangkring dan nongkrong di kursi empuk maupun kebagian di kursi penonton atau di bangku cadangan. Ironisnya, jelang pemilukada, muncul gambar wajah orang tak dikenal, terpampang di spanduk, poster, dsb menghias di dinding bersaing dengan jasa sedot WC. Masyarakat, khususnya masyarakat yang punya hak pilih terkadang apriori dan apatis melihat ulah para balon.

Presiden seumur hidup (Bung Karno), presiden 6 kali menang pemilu (Jenderal Besar Soeharto), sampai para presiden di era Reformasi, mungkin banyak rakyat yang tidak merasakan pengaruhnya secara langsung. Zaman Orla, rakyat antri beras, karena beras sulit didapat. Sekarang, rakyat tak perlu antri beras! Entah karena ada raskin atau beras berklas. Entah karena banyak variasi harga beras. Entah karena ada pangan pengganti beras. Pemilukada bupati/walikota jelas ongkos politiknya cukup signifikan (miliar Rp). Siapa pun yang terpilih, hanya pihak tertentu yang diuntungkan. Tidak ada perubahan yang mendasar dalam kehidupan sehari-hari. Hiruk pikuk hanya di pucuk pohon. Memajang, memasang, menampakkan foto atau gambar diri di spanduk, kalau rakyat sudah tahu belangnya malah bak bumerang makan tuan. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar