Halaman

Kamis, 23 Januari 2014

MENCERDASI GOLONGAN PUTIH



Rabu, 05/02/2003 08:01
KOBARKAN SEMANGAT "AA GYM" : MENCERDASI GOLONGAN PUTIH

Salah semua tentang penyebab munculnya istilah Golongan Putih (golput) antara lain dikarenakan pantarlih sengaja tidak menyentuh daerah pemukiman non-Golkar, di zaman Orde Baru. Sehingga rakyat yang mempunyai hak memilih secara formal tidak bisa mengikuti pemilu atau menggunakan hak pilihnya. Kategori atau kriteria golput semangkin beraneka ragam. Selain dipengaruhi oleh pantarlih, juga oleh sistem pemilihan, tak kalah buruknya justru dari tabiat parpol selama ini.

Di era Reformasi edisi terakhir ini dapat disimpulkan bahwa golput tetap menggunakan hak pilihnya. Ada 3 jenis parpol yang akan menjadi pilihan utama dalam Pemilu 2004.

Pertama, rakyat atau jender yang secara emosional merasa "terwakili" dengan tampilnya mBak Mega. Kondisi simpatisan kelompok ini memang rapuh dan rawan terhadap kenyataan yang berubah-ubah tanpa arah. Kelompok ini bisa menggelinding di jalanan bersama para pengunjuk raga dan penyumbang rasa atau ikut bercerdas ria melalui berbagai media.

Kedua, dengan fakta bahwa adanya fatwa hari raya agama yang berbeda dengan ketetapan dari pemerintah, hal ini menumbuhsuburkan antipati rakyat kepada parpol yang berbasis "oposan" tadi. Ternyata oposan ini secara historis mempunyai seteru yang berparpol ria. Jadi ada dua parpol yang berbasis agama akan disirik oleh ummat seagama tetapi lebih konsisten dan manusiawi dalam mendukung pemerintah serta dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama.

Ketiga, sebagai bangsa timur maka banyak rakyat, pejabat, aparat atau keluarganya dari kalangan birokrat yang berpemeo "seganas galaknya anjing tak akan menggigit santap tuannya". Entah apa maknanya. Paprol yang mendominasi di zaman Orde Baru mungkin masih banyak penggemarnya. Mungkin pula para penggemarnya berupaya "tetap memilih tetapi pilihannya jangan sampai terpilih". Terkadang klas pemilih ini bisa membedakan mana yang dalam status rawatan dan ruwatan hukum, mana yang telah menjual negara, dsb.
Ketiga jenis parpol ini nanti dalam Pemilu 2004 akan jadi pilihan utama rakyat tetapi dengan kiat "tetap akan memilih tetapi bagaimana caranya agar jago-jagonya tidak terpilih sebagai presiden dan wakil presiden". Memangnya Pemilu 2004 diibaratkan membeli kucing dalam karung, karungnya transparan ! (hn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar