Halaman

Jumat, 24 Januari 2014

Pemurtadan Alternatif Frontal



Senin, 29/12/2003 10:48
Pemurtadan Alternatif Frontal
Herwin Nur

Ketika akidah dan ketaukhidan tak bisa digoyah secara frontal maka pedang pun ditancapkan ke tanah, sebagai simbol pemurtadan alternatif. Damai sejahtera di dunia dikidungkan secara bebas. Arus budaya dan jalur ekonomi sebagai roh pemurtadan alternatif. Tak perlu liwat saluran politik yang aspiratif, bahkan tak perlu berkumpul dalam satu wadah. Sasarannya dimulai dari yang kecil, yang tidak kita sadari. MODUS OPERANDI Cerita lama, tuna wisma yang tak tentu ujung hidungnya terkapar, dibaptis balik nama menjadi anak surga, dikafani dengan peti mati. Di gundukan kuburnya dihias dengan pedang terbalik. Istirahatlah dalam damai sejahtera wahai anak gembala.

Kaum papa selalu dijadikan sasaran empuk, dengan iming-iming sembako maka akidah dan ketaukhidan bisa dijadikan komoditas. Memang mereka pemodal kuat, penuh akal dan tak ada yang ditabukan buat mencapai surga dunia. Dunia politik pun telah dirambah secara sistematis. Terlebih ketika berhala yang bernama kekayaan, kekuatan dan kekuasaan menjadi tujuan utama ummat manusia. Dalih berhala menyebabkan akidah dan ketaukhidan penuh dengan pasal untung rugi, spekulasi atas impas dunia, kalau perlu dan memang menipu diri sendiri dengan membutakan nurani. Melalui adat istiadat, budaya setempat mereka menyelusup sampai langsung ke suatu komunitas yang kuat akidah dan ketaukhidannya mereka terang-terangan menancapkan pedangnya di lubuk hati insani.

Secara hukum positif negara gerakan laten ini sulit dibuktikan “kesalahannya”. Bahkan hukum telah disimulasi dan direkayasa untuk landasan operasional mereka. Berbagai kedok bisa dipakai, mulai yang sifat sosial kemasyarakatan sampai memanfaatkan momentum bencana alam. Artinya, melalui peluang atau kesempatan yang mereka ciptakan atau manfaatkan, yang justru adalah kewajiban kita dalam kegiatan ukhuwah dan akidah ketaukhidan untuk melihat ke bawah. TARGET Bagi kalangan remaja alias ABG ditawarkan cara cepat menjadi salibritis yang kondang asal keluar dari kandangnya. Media massa dengan berbagai acara tayangan saling libatkan ritual mistis (= salibritis) dunia lain sebagai upaya mereka memperdayakan budaya dalam memperdayakan akidah. Belum lagi yang mendayagunakan rangsangan sensual melalui goyangan ndangdhut atau porno ragam berbagai versi.

Jika aparat keamanan mempunyai data adanya agen asing yang akan mengacaukan Pemilu 2004, kita tak perlu heran. Malah membuktikan mereka tak perlu partai politik, tak perlu meliwati sistem perwakilan. Mereka bisa bergerak mulai dari mana saja, dimana saja, kapan saja. Mereka punya kekuatan yang mewakili tangan-tangannya. Dunia pendidikan formal, lapangan kerja sampai perjodohan pun telah diaduk-aduk sesuai warna mereka. Secara kualitas jaringan mereka berskala internasional dan NKRI sebagai sasaran prioritasnya. Mereka tidak terpusat dalam negara atau sistem, justru kitalah yang dijadikan pusat gerakan, sebagai markas hidup yang siap dialihakidahkan dan dirancu ketaukhidan dengan pola trinitas.. KONTRAPRODUKTIF Terkadang ketika kita melihat “hasilnya”, dalam berbagai bentuk yang bisa kita lihat, kita saksikan, kita rasakan – bahkan bagian dari anggota keluarga kita atau orang yang kita sayangi telah terkontaminasi - kita baru sadar dan mau bersatu menggalang ukhuwah.

Menghadapai musuh bersama yaitu salibritis yang berbasis iblis tak ada kata lain kecuali bersatu dalam semua aspek kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Bagi partai politik yang berasaskan ukhuwah dan menjunjung tinggi akidah dan ketaukhidan tak ada pilihan lain kecuali melakukan konsolidasi ke dalam. Parpol gurem atau malah kontraproduktif sebaiknya menyatukan pilihan atau suara. Jangan sampai hanya memburu kursi, paling lama untuk lima tahun, malah kepentingan yang hakiki terabaikan.

Dampak reformasi terasa pada sistem organisasi pemerintah yang tak ada jaminan akan berjalan secara mulus dan pada periode tertentu. Inilah salah satu kepiawaian sang alternator dalam memainkan akidah seseorang. Secara berlapis bisa menembus dasar akidah seseorang dan sulit dibuktikan adanya penetrasi yang telah terjalin sejak dalam kandungan. Gerakan tanpa wadah, tanpa jejak ini sangat berbahaya yang tahu-tahu sudah merajai kehidupan kita. Irama kita sudah mereka pelajari dengan seksama, kekuatan dan kelemahan kita sudah dijadikan pertimbangan operasional mereka. Mereka tak canggung untuk melepaskan seorang anak gembalanya untuk di langgar, strategi dan taktik mereka ini sebagai pancingan karena akan mendapatkan gantinya yang berlipat untuk disalip.

Akhirnya, pemurtadan alternatif ini secara kuantitas hasilnya hanya masalah waktu. Akar serabut kehidupan ummat telah mereka kuasai yang akhirnya kita tergantung pada kasih sayang mereka. Kelengahan sekaligus kepongahan kita yang menjadikan kita tercerai berai, yang menyebabkan kita keropos dan ompong, yang menghasilkan bahwa kita banyak dalam jumlah namun minim dalam bilangan. SEMANGAT Kita tak perlu menunggu jatuhnya Imam Mahdi dari langit, mulai dari diri sendirilah kekuatan itu. Kita harus bicara melalui kata dan fakta. Harus berani melawan tirani, jangan takut kelaparan dan kemiskinan.

Belajar dari sejarah, bukan untuk lengah apalagi pongah – lihat ke depan akankah kita biarkan diri kita di salip !!! Tak perlu menghujat, tak usah mengumpat – amalkan ayat-Nya, rapatkan barisan dalam ukhuwah, semua akan bisa kita atasi. Kapan lagi kalau tidak sekarang, sudah tidak ada hari esok, stok iman kita sudah sampai lapis terbawah. Hanya nafas ini yang tak bisa digadaikan. Perkuatan akidah dan ketaukhidan dimulai dari yang terkecil, yaitu keluarga kita. Jangan sampai kita masuk golongan yang merugi, yang akan kehilangan diri sendiri dan keluarga di dunia dan akhirat. (hn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar