Humaniora Dibaca :358 kali , 0 komentar
Hujan, Antara Rahmat dan Teguran Allah
Ditulis : Herwin Nur, 26 November 2012 | 15:33
Persepsi Akal
Hujan dijabarkan oleh manusia secara ilmiah dalam bentuk siklus hidrologi. Air laut ditetapkan menjadi pemain utama dalam siklus hidrologi, matahari dan angin sebagai katalisator. Jabarannya sangat bervariasi dan dinamis, berdasarkan fakta yang pernah dan sedang terjadi.
Siklus hidrologi menjawab pertanyaan apakah ketersediaan, volume, kuantitas dan jumlah air di dunia mengalami pengurangan, penyusutan atau relatif tetap. Siklus hidrologi tidak seperti tebakan, dahulu mana air laut (luas laut 71% dari luas permukaan bumi) atau air hujan.
Terjemahan [QS Al Forqaan (25) : 48] : “Dia-lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih”, serta terjemahan [QS Ath Thaariq (86) : 11] : “Demi langit yang mengandung hujan”, secara jelas menjawab tebakan tersebut.
Ilmu pengetahuan masih meyakini, mulai dari air permukaan tanah dan laut menguap, membentuk uap air, berkondensasi menjadi awan mendung, turun kembali ke bumi dalam bentuk gerimis hingga hujan lebat. Hujan yang jatuh ke daratan, sebagian kembali mengalir ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi proses daur ulang.
Manusia dihadapkan dua pilihan yang kontradiktif. Pertama, bahwa Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah. Kedua, azab Allah datang dari atas manusia seperti hujan batu, petir dan lain-lain; atau datang dari bawah kaki manusia seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya.
Akibat Tangan Manusia
Sekitar 70% wilayah Indonesia, akhir November 2012, sudah memasuki musim hujan dengan intensitas masih normal. Banjir di sejumlah daerah lebih disebabkan macetnya saluran drainase, bukan intensitas hujan yang meninggi. Tersirat pemeliharaan drainase yang belum membudaya.
Terjemahan [QS Asy Syuura (42) : 30] : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. Jadi, akibat ulah tangan manusia bisa “mengundang” azab Allah.
Berita tentang di berbagai wilayah pada saat musim hujan menjadi langganan banjir, sedangkan pada saat musim kemarau daerah yang sama mengalami kekeringan yang berdampak.(Herwin Nur/Wasathon.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar