Halaman

Rabu, 04 Desember 2013

Komunitas Subuh, Bukan Monopoli Generasi Tua

Humaniora     Dibaca :774 kali , 1 komentar

Komunitas Subuh, Bukan Monopoli Generasi Tua

Ditulis : Herwin Nur, 21 September 2012 | 16:24

Motivasi Duniawi
Pergerakan roda kehidupan duniawi manusia dipatok mulai dari subuh sampai subuh berikutnya, dalam skala waktu harian, 24 jam, serta akan berulang rutin sampai akhir hayat. Motivasi meninggalkan nikmat tidur sebelum fajar berkibar, karena mengejar waktu. Tempat kerja, tempat sekolah, tempat kuliah yang jauh menyebabkan orang terpaksa bangun sebelum terang tanah.

Seolah sudah menjadi kewajiban seorang ibu, seorang isteri untuk bangun pagi terlebih dahulu, sementara anggota keluarga yang lain masih bergulat melawan kantuk. Terbawa kodrat dan tradisi, ibu rumah tangga memang terbiasa bangun pagi untuk menyiapkan kebutuhan keluarga.

Umat Islam buka mata jelang subuh agar tidak buta dalam melihat kenyataan hidup. Memulai kehidupan untuk akhirat dan dunia. Melaksanakan kehidupan dunia sebagai ibadah, tidak sekedar kewajiban sesuai dengan status dan perannya.

Gerakan Subuh
Kendati Islam sebagai agama moderat, diharapkan umat Islam dalam ibadah tidak memilih status yang paling ringan, kondisi yang paling aman, dalam batas minimal, dalam kadar standar, dalam skala di atas ambang bawah yang masih masuk hitungan amal.

Hari esok adalah rahasia Tuhan, tidak seorang pun bisa mengetahui apa yang akan terjadi, apakah kita masih bisa menikmatinya atau tidak. Memanfaatkan waktu, a.l dengan menegakkan sholat 5 waktu di awal waktu.

Bangun pagi itu sangat penting, karena saat itulah malaikat pembawa rezeki menyebarkan rezekinya di dunia, serta menyaksikan hamba Allah yang sedang sholat subuh. Usai sholat subuh, bertebaran di muka bumi mencari rezeki Tuhan. 

Warga Usia Lanjut
Karena usia, manusia memasuki usia pensiun, atau tanpa pensiun, memasuki kategori usia senja. Kebijakan pemerintah untuk memberi KTP seumur hidup bagi warga usia lanjut (>60 tahun) atau wulan, bisa sebagai penghormatan sesuai Pasal 41, ayat 2, UU 39/1999 tentang “HAM”, yaitu :

Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.

Pensiun bukanlah akhir dari pengabdian, hanya memasuki etape berikutnya. Banyak upaya dan usaha yang selama ini terabaikan, digairahkan dengan bekal pengalaman sebagai pegawai. Kesibukan sebagai pegawai ternyata bisa menunda berbagai penyakit; mengalihkan perhatian kita sebagai makhluk sosial; menyedot energi dan kalori dalam menjaga gengsi bahkan terjadi (karena alasan panggilan dan demi tugas?) malah menebar racun dan ranjau untuk masa depannya. Ironisnya, memakmurkan rumah Allah tidak masuk prioritas pertama dan utama.

Bukan karena wulan atau waktu luang banyak, mereka menyegerakan kebajikan, amal saleh. Subuh berjamaah di rumah Allah, sarat manfaat, sebagai ajang silaturahmi, pelaksanaan ukhuwah. Jumpa sesama wulan, tidak sekedar bernostalgia, cerita kenang masa lalu, tetapi larut untuk urusan akhirat.

Misteri Azan Subuh
Memang bisa terjadi, suasana masjid saat sholat subuh laksana di panti jompo saja. Muazin dan imam dirangkap satu orang. Generasi muda yang bersemangat sholat Jum’at, hanya diwakili beberapa shaf/orang.

Sholat termasuk ibadah ritual yang tidak dapat dipisahkan dengan masalah sosial. Baik tidaknya sholat seseorang tidak hanya dinilai dari segi teknisnya (kaifiyah) saja, tapi juga perilaku sosialnya, hubungan antar umat.

Misteri azan subuh, pada kalimat sholat itu lebih baik daripada tidur”, tidak sekedar pada masalah kesehatan. Misteri ini menjawab jamaah subuh menjadi hak milik umat Islam, semua generasi.(Herwin Nur/Wasathon.com)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar