Kisah Inspirasi Dibaca :708 kali , 0 komentar
Masih Pekahkah Kita dengan Teguran Allah?
Ditulis : Herwin Nur, 17 Desember 2012 | 10:00
Kilas Balik
Nabi
Muhammad saw sebagai Rasulullah pernah mendapat teguran langsung dari
Allah ketika melakukan “kesalahan”, yaitu ketika Allah menurunkan surat
‘Abasa (Ia bermuka masam), khususnya ayat 1-10.
Dalam
bentuk apa peringatan dari Allah, khususnya kepada umat Islam yang jauh
waktu dan jauh tempat dari Rasulullah saw. Atau, Allah membiarkan umat
Muhammad menumpuk dosa dengan bebas berbuat kesalahan sampai akhir
hayat. Apakah ayat-ayat dalam Al-Qur’an akan terbukti di negeri ini.
Apakah peringatan dari Allah bisa kita tangkap dengan pancaindera.
Intensitas
kontak dan komunikasi dengan Allah bersifat individual, bisa dilakukan
secara berjamaah, namun teguran dari Allah bersifat masal, menyeluruh,
tanpa pandang waktu dan tempat, bahkan nyaris tidak tebang pilih.
Teguran Allah akibat akumulasi kesalahan komunitas manusia yang sudah
jenuh dan sampai klimaksnya, tanpa mengindahkan berbagai peringatan
Allah sebelumnya.
Bencana
nasional Tsunami yang menimpa Bumi Aceh, kota “Serambi Mekkah”, pada
Minggu, 26 Desember 2004, menyisakan berbagai misteri yang tidak masuk
akal. Dampak ditegur Allah, banyak pihak mulai sadar. Ironisnya, bahkan
saling menyalahkan. Bencana Tsunami Aceh sebagai awal datangnya bencana.
Berbagai bencana muncul, misal bencana sosial, politik, jurnalistik,
hukum.
Segala
kejadian di muka bumi merupakan ketetapan Allah Swt, bahkan kejadian
yang kelihatannya sederhana, seperti yang tersurat dalam terjemahan [QS Al An’aam (6) : 59] : . . . . .,dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), . . . . . " Demikian pula, atau apalagi dengan musibah bernama gempa bumi.
Tanda Peringatan Dari Allah
Manusia
ahli berbuat kerusakan di (muka) bumi, baik kerusakan benda maupun
kerusakan yang tak nampak, namun dampaknya sangat dahsyat. Tanda
keimanan seseorang yang semula di ambang batas bawah (yaitu mengetahui
adanya perbuatan yang masuk kategori haram atau yang memancing dosa),
turun ke bawah ambang batas terbawah (tidak mengetahui apakah hukumnya
suatu perbuatan).
Orang
yang minim ilmu melakukan kesalahan karena ketidaktahuannya. Apa
jadinya kalau yang melakukan kesalahan adalah orang yang sarat ilmu.
Misal, pelaku tindak pidana korupsi bukan anak kemarin sore, tidak
dimonopoli kaum Adam. Modus bencana timbal balik dengan kecelakaan
akibat human error. Banjir bukan karena tingginya curah hujan atau salah musim. Di sisi lain, pembalakan liar merupakan salah satu bentuk kegiatan ekstrem yang berdampak terjadinya bencana alam.
Bencana alam, akibat human error
pun tidak bisa diprediksi. Gejala alam atau tingkah laku manusia, sudah
sebagai tanda peringatan Allah. Tingkah laku manusia dimaksud berupa :
Tanda Dari Atas
Bisa
dibaca dengan adanya : konflik antar penyelenggara negara, legislatif
vs eksekutif. Buta politik : koalisi parpol, oposisi terselubung, orang
mendirikan parpol untuk ikut pemilu. Budaya korupsi menjadi lagu wajib
para wakil rakyat, menteri, kepala daerah, elit parpol, birokrat.
Tanda Dari Bawah
Pasal
hukum hanya berlaku pada rakyat jelata. Rakyat memperjuangkan haknya
atas tanah, pekerjaan malah jadi sasaran gebuk, umpan peluru. Pembagian
sembako gratis memakan jiwa rakyat. Rakyat banting tulang demi perut
sehari.
Tanda Dari Sesama
Konflik
horizontal antar elemen masyarakat, bentrok antar kelompok masyarakat
untuk kepentingan sesaat. Pemberitaan atau acara debat di media massa,
khususnya TV sering kebablasan, seolah tidak ada kode etik jurnalistik.
Peringatan Allah apa lagi yang kita tunggu.(Herwin Nur/Wasathon.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar