Halaman

Kamis, 05 Desember 2013

Generasi Muda Figuran Zaman, Benarkah?

Humaniora     Dibaca :399 kali , 1 komentar

Generasi Muda Figuran Zaman, Benarkah?

Ditulis : Herwin Nur, 27 Oktober 2012 | 12:01

Makna Generasi Muda
Generasi muda identik dengan pemuda, dibatasi rentang usia dan periode waktu tertentu. Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, diperlukan pemuda yang berakhlak mulia, sehat, tangguh, cerdas, mandiri, dan profesional. (Pasal 1, UU RI No.40 tahun 2009 tentang “KEPEMUDAAN”).


Rentang usia dibanding AHH (Angka Harapan Hidup), pemuda terlihat belum matang yuridis dan biologis, baru setengah jalan. Modal ijazah S1 pun belum tentu layak jual, layak kerja, layak diterima di pasaran. S1 masih sebagai persyaratan umum atau persyaratan administrasi dalam lapangan dan lowongan kerja di Indonesia.  


Tabel
Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur 15-34 Tahun 2010-2014
( x 1.000)
LAKI-LAKI + PEREMPUAN
Umur
2010
2011
2012
2013
2014
15 - 34
82.857,5
82.997,7
83.065,5
83.959,2
82.811,2
%
28,26%
28,55%
28,85%
28,86%
29,58%
semua
234.181,4
236.954,1
239.687,6
242.376,9
245.021,7
sumber data : diolah dari “PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA 2005-2025” BAPPENAS 2008.


Tabel 1 menunjukkan populasi pemuda dibanding total jumlah penduduk Indonesia cukup berkuantitas, namun dibanding dengan AHH menjadi riskan kalau tidak ditangani secara sistematis, serius dan menerus. AHH penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 70,45 tahun pada periode 2005-2010 menjadi 72,17 tahun pada periode 2020-2025. AHH tahun 2010-2015  adalah 71,35 tahun.


Generasi “Numpang Liwat”
Generasi muda bisa membidani dan menyemarakkan suatu zaman. Hal yang kontradiktif pun bisa menimpanya, mulai tersisih dan termakan oleh zaman, menjadi beban sekaligus korban zaman, bahkan kontribusinya hanya “numpang liwat,” serta figuran zaman. 

Generasi muda sarat dengan sederet status, simbol, atribut, predikat, potensi, dan jati diri, namun bukan jaminan bisa berakselerasi dengan zaman. Arus zaman bukan pilihan benar salah maupun baik buruk, harus dilihat dengan kacamata politik. Banyak cara untuk tampil atraktif, spektakuler dan profesional dalam panggung nasional, namun jika tidak masuk koridor dan sesuai skenario ranah politik tidak bisa mengendalikan zaman.

Daya Juang Pemuda
Tantangan dan beban  zaman antar generasi muda berbeda, tetapi tak bisa dikatakan zaman sekarang lebih enak daripada zaman sebelumnya, atau sebaliknya. Dukungan keluarga sampai pemerintah akan menentukan pola interaksi dengan dinamika zaman.  

Orla dan Orba diawali dengan kiprah generasi muda. Orde Reformasi mencatat, generasi muda gamang menerima alih generasi, terninabobokan sebagai elit parpol, terbuai jabatan dan rayuan rupiah, tergiur kehidupan duniawi. Estafet kepemimpinan mampet, generasi tua masih doyan kursi negara.  

Semakin besar harapan rakyat pada generasi muda, khususnya politisi muda, semakin besar kekecewaan yang didapat. Muda harus diimbangi dengan pengalaman, jam terbang atau nilai jual. Prestasi disusun dari tingkat lokal, dilakukan secara total. Kiprah pemuda memang tidak tipikal dan tidak bisa diambil benang merahnya. Seolah “tanpa modal” banyak pemuda yang berkibar dalam karir, dengan gaya hidup, gaul dan gengsi yang prestisius. Anomali generasi muda tak terbantahkan.

Budaya instan menyebabkan generasi muda tidak tahan banting, mudah rapuh dan berganti haluan, gampang terintervensi, lebih memilih jadi kutu loncat daripada antri. Modal dengkul penghasilan melebihi peras otak. Modal minimalis dengan raih keuntungan optimal.

Debut generasi muda layak masuk orbit, bisa kalah kesempatan dan peluang dengan yang matang karena karbitan. (Herwin Nur/Wasathon.com)

Ilustrasi foto: suma.ui.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar