Humaniora Dibaca :333 kali , 0 komentar
Pilih Berdo'a Mohon Panjang Umur Atau Hidup Berkah?
Ditulis : Herwin Nur, 08 Maret 2013 | 09:41
Raport Kehidupan
“Selamat
ulang tahun. Semoga panjang umur”. Kalimat standar yang kita ucapkan
atau kirimkan kepada orang yang sedang memasuki tanggal kelahirannya.
Apa reaksi kita jika menerima ucapan seperti itu, merasa tambah tua atau
ingat kematian? Evaluasi kehidupan setahun ke belakang, kita tidak bisa
tahu apakah raport kehidupan banyak ditulis dengan arang, banyak angka
merah, ada catatan khusus atau diukir dengan tinta emas. Berapa kali
hari sakit, masih bisa diingat. Kita tidak bisa membayangkan raport
dunia nanti kita terima dengan tangan kanan atau tangan kiri.
Manusia
dengan mudah menggugat Allah, minimal menyalahkan keadaan yang seolah
tak adil. Sudah sekolah mahal, lulus, malah menambah barisan
pengangguran, dunia serasa mau kiamat dan kecewa berat. Hati mulai
risau, gelisah dan resah, saat memasuki usia layak nikah, namun jodoh
belum terbayang. Sakit berkepanjangan, obat dan jamu sudah dicoba, ingin
rasanya nyawa segera dicabut.
Hidup Ini Ringan
Hidup
tak sesuai rencana dan harapan, jauh dari impian, kenyataan bicara
lain, menjadi satu rangkaian rasa kecewa, serba gagal, menjadikan
seseorang memasuki titik kulminasi yang paling rendah. Kondisi ini
menyebabkan kadar iman berfluktuasi, bahkan sampai mempengaruhi percaya
diri seseorang. Dibutuhkan ketegaran jiwa dalam menerima kenyataan hidup
dan menghadapi segala cobaan. Kematangan jiwa, kestabilan emosional,
kedewasaan berpikir seseorang dan selalu berpikir positif menghadapi
kenyataan hidup, hidup terasa ringan.
Hadapi
hidup ini dengan ringan, dengan mempraktekkan asas Istiqomah (kokoh
dalam dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah), Istikharah (selalu
mohon petunjuk kepada Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan
dalam setiap keputusan) serta Istighfar
(selalu introspeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah). Dengan asas
ini, diharapkan seseorang akan menjadi pribadi yang kuat dan mempunyai
kepribadian yang berkarakter.
Lakoni
hidup dengan ringan dan santai menjadi syarat dasar menuju hidup penuh
berkah. Hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan
Allah, diramupadukan secara harmonis. Dalam arti tidak mempermasalahkan
masalah yang bukan masalah. Tidak suka menggelembungkan masalah
kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah besar. Tidak suka mengungkit
masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Tidak mau pusing dan tertekan dengan berbagai masalah yang berada di luar kontrolnya.
Menghitung Waktu
Panjang
umur sudah tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah,
tergantung kita untuk memaknainya. Panjang umur tidak dalam takaran dan
tataran menghitung jumlah umur yang sudah dinikmati. Setiap
kali ulang tahun maka sisa umur dan jatah hidup semakin berkurang,
semakin dekat pada akhir hayat. Umat Islam yang menyadari bahwa
perjalanan hidupnya menjelang garis finish, berikhtiar mengisi raport
dunianya dengan berbagai amal, menandakan mendapat hidup berkah.
Hidup
berkah dengan mengganggap waktu berjalan paralel, artinya dalam waktu
yang sama, bisa mengerjakan dan memperoleh hasil lebih banyak. Tahap ini
memikirkan bagaimana agar dalam hidup yang singkat bisa melakukan
produktifitas yang lebih besar, bisa memperoleh sebanyak mungkin.
produktifitas yang lebih besar, bisa memperoleh sebanyak mungkin.
Hidup
berkah yang bermanfaat bagi semua umat, ditandai dengan menyampaikan
ilmu dan pengalaman yang dimiliki, membagi materi dunia untuk
kemaslahatan bersama, menjadi pendorong dan motivator dalam berbagai
bentuk perubahan ketika menjadi askar tak berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar