Halaman

Sabtu, 14 Desember 2013

Pilih Berdo'a Mohon Panjang Umur Atau Hidup Berkah?

Humaniora     Dibaca :333 kali , 0 komentar

Pilih Berdo'a Mohon Panjang Umur Atau Hidup Berkah?

Ditulis : Herwin Nur, 08 Maret 2013 | 09:41

 Raport Kehidupan 
“Selamat ulang tahun. Semoga panjang umur”. Kalimat standar yang kita ucapkan atau kirimkan kepada orang yang sedang memasuki tanggal kelahirannya. Apa reaksi kita jika menerima ucapan seperti itu, merasa tambah tua atau ingat kematian? Evaluasi kehidupan setahun ke belakang, kita tidak bisa tahu apakah raport kehidupan banyak ditulis dengan arang, banyak angka merah, ada catatan khusus atau diukir dengan tinta emas. Berapa kali hari sakit, masih bisa diingat. Kita tidak bisa membayangkan raport dunia nanti kita terima dengan tangan kanan atau tangan kiri.

Manusia dengan mudah menggugat Allah, minimal menyalahkan keadaan yang seolah tak adil. Sudah sekolah mahal, lulus, malah menambah barisan pengangguran, dunia serasa mau kiamat dan kecewa berat. Hati mulai risau, gelisah dan resah, saat memasuki usia layak nikah, namun jodoh belum terbayang. Sakit berkepanjangan, obat dan jamu sudah dicoba, ingin rasanya nyawa segera dicabut.

Hidup Ini Ringan 
Hidup tak sesuai rencana dan harapan, jauh dari impian, kenyataan bicara lain, menjadi satu rangkaian rasa kecewa, serba gagal, menjadikan seseorang memasuki titik kulminasi yang paling rendah. Kondisi ini menyebabkan kadar iman berfluktuasi, bahkan sampai mempengaruhi percaya diri seseorang. Dibutuhkan ketegaran jiwa dalam menerima kenyataan hidup dan menghadapi segala cobaan. Kematangan jiwa, kestabilan emosional, kedewasaan berpikir seseorang dan selalu berpikir positif menghadapi kenyataan hidup, hidup terasa ringan.

Hadapi hidup ini dengan ringan, dengan mempraktekkan asas Istiqomah (kokoh dalam dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah), Istikharah (selalu mohon petunjuk kepada Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan) serta Istighfar (selalu introspeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah).  Dengan asas ini, diharapkan seseorang akan menjadi pribadi yang kuat dan mempunyai kepribadian yang berkarakter.

Lakoni hidup dengan ringan dan santai menjadi syarat dasar menuju hidup penuh berkah. Hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan Allah, diramupadukan secara harmonis. Dalam arti tidak mempermasalahkan masalah yang bukan masalah. Tidak suka menggelembungkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah besar. Tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Tidak mau pusing dan tertekan dengan berbagai masalah yang berada di luar kontrolnya. 

Menghitung Waktu
Panjang umur sudah tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, tergantung kita untuk memaknainya. Panjang umur tidak dalam takaran dan tataran menghitung jumlah umur yang sudah dinikmati. Setiap kali ulang tahun maka sisa umur dan jatah hidup semakin berkurang, semakin dekat pada akhir hayat. Umat Islam yang menyadari bahwa perjalanan hidupnya menjelang garis finish, berikhtiar mengisi raport dunianya dengan berbagai amal, menandakan mendapat hidup berkah.

Hidup berkah dengan mengganggap waktu berjalan paralel, artinya dalam waktu yang sama, bisa mengerjakan dan memperoleh hasil lebih banyak. Tahap ini memikirkan bagaimana agar dalam hidup yang singkat bisa melakukan
produktifitas yang lebih besar, bisa memperoleh sebanyak mungkin.

Hidup berkah yang bermanfaat bagi semua umat, ditandai dengan menyampaikan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, membagi materi dunia untuk kemaslahatan bersama, menjadi pendorong dan motivator dalam berbagai bentuk perubahan ketika menjadi askar tak berguna.

Umat Islam harus berani hidup di dua dunia yang kontradiktif, khususnya dalam menghadapi perkara hidup yang samar (syubhat).[Herwin Nur/wasathon.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar