Halaman

Sabtu, 14 Desember 2013

Tempat Dan Waktu Di Depan Mata, Belum Tentu Milik Kita



Tempat Dan Waktu Di Depan Mata, Belum Tentu Milik Kita



Siang Tutup
Ada perbedaan mendasar antara toko di Yogyakarta dan Manado yang tutup siang hari. Pasca krisis moneter 1998, toko di Manado tetap tutup di siang hari, karena penjaga toko butuh istirahat. Toko di Yogya melayani wisatawan mancanegara jam buka santai.  Tutup jika emperannya dipakai pedagang lesehan (di Malioboro) di malam hari.

Orang Manado pada umumnya tidak mau kerja sebagai tukang di proyek konstruksi. Lebih pilih kerja di kebon yang jam kerja luwes serta tempat yang teduh. Semboyan hidup, walau krisis, walau resesi yang penting tetap resepsi. Ke Rumah Sakit mendadak jadi warga miskin.

Penjajah Belanda melarang toko di Yogya buka siang hari, penduduk dikondisikan agar istirahat siang. Jika siang bangun dikuatirkan diskusi soal kemerdekaan, biar tidak berontak melawan pemerintah Hindia Belanda.

Ciri kesantunan orang Melayu, di mata orang asing, mudah dininabobokan, senang disanjung, suka dipuji, gila hormat. Perjalanan waktu, nyaris semua lapisan masyarakat menganut budaya instan.

Batasan Waktu
Tempat dan waktu sebagai dimensi keempat, mengikat proses terjadinya dan berakhirnya manusia. Membingkai kegiatan manusia, dalam rangka ibadah maupun amaliah, sebagai ikhtiar melaksanakan  Hablum Minallah, serta menjaga urusan Hablum Minannas dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Waktu adalah emas sampai pengertian bahwa kita hidup di dunia hanya sekedar mampir, berarti kita harus konsisten terhadap waktu. kita simak [QS Al Mu'minuun (23) : 114] : “Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui."

Satuan waktu terkecil yaitu detik sampai ukuran tahun. Walau kehidupan seolah berulang dari subuh hingga subuh hari berikutnya, namun waktu tak akan berulang. Ada kejadian urusan yang selalu berulang, mengacu [QS As Sajdah (32) : 5] : “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu."

sebentar sajadanmenurut perhitunganmu”, adalah dalam ukuran waktu bumi.

2 ayat di atas bisa diartikan :
1 hari waktu akhirat = 1.000 tahun waktu bumi.
24 jam waktu akhirat = 1.000 tahun waktu bumi.

Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025, dengan Angka Harapan Hidup diperkirakan mencapai 73,7 tahun. Artinya, jika umur kita bisa sampai 73,7 tahun, jika dikonversikan ke waktu akhirat ternyata kita hidup di bumi hanya selama = 1,7688 jam waktu akhirat.

Menyiapkan Hari Esok
Banyak ayat Al-Qur’an yang meriwayatkan pergantian waktu malam dengan siang, yang diperkuat sebagai tanda bagi orang yang berakal untuk mengambil pelajaran. Memanfaatkan waktu bukan berarti kita harus selalu tergesa-gesa, serba cepat untuk semua urusan.

Hidup kendati sebagai fungsi waktu, ada rukunnya dan kita melaksanakan peran diri secara tuma’ninah. Walau waktu besok belum tentu milik kita, bukan berarti kita pasif, mengikuti arus waktu dan kehidupan. Allah mengingatkan kita, mengacu [QS Al Hasyr (59) : 18] : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Kita wajib menyiapkan hari esok sesuai waktu bumi maupun waktu akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar