Halaman

Senin, 30 Desember 2013

Tunaikan Ibadah, Jangan Tambal Sulam

Humaniora     Dibaca :209 kali , 0 komentar

Tunaikan Ibadah, Jangan Tambal Sulam

Ditulis : Herwin Nur, 10 April 2013 | 19:38
Makna Ibadah
Tidak salah, kalau ada yang mengartikan ibadah sebagai realisasi pelaksanaan perintah Allah yang ada dalam rukun Islam. Dilaksanakan sesuai pedoman,  adab, bersifat ritual, membutuhkan waktu, yang kasat mata, dan banyak temannya. Ibadah yang dilakukan dipilah dan dipilih yang wajib saja, yang sunnah jika sempat, atau dianggap sebagai ”pengganti”,  penambal ibadah wajib yang ketinggalan kereta. Melaksanakan ibadah sunnah terkadang rancu dengan adat, terutama yang jamak dilakukan masyarakat.

Ibadah wajib diutamakan pada  ibadah sholat 5 waktu, yang membutuhkan keahlian dalam manajemen waktu, serta fasilitas khusus untuk berjamaah. Ibadah puasa Ramadhan, saat setan dibelenggu, yang puasa untuk urusan perut dan nafsu yang haknya juga ikut dibelenggu. Ibadah haji, walau diwajibkan bagi yang mampu sekali seumur hidup, membutuhkan modal yang terukur maupun yang tak terukur. Menjadi tamu Allah, nyawa bisa jadi taruhan.

Allah menciptakan dan menjadikan manusia bukanlah dengan percuma, tidaklah dengan sia-sia. Ikhwal ini sesuai dan mengacu terjemahan [QS Al Mu’minuun (23) : 115] : “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” serta terjemahan [QS Al Qiyaamah (75) : 36] : “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” 

Posisi Ibadah
Ibadah mempunyai makna sebagai ‘yang mengabdi’ atau ‘cara mengabdi’. Posisi ibadah dalam kehidupan manusia, merupakan perintah Allah yang tersurat dalam Al-Qur’an, simak terjemahannya [QS Adz Dzaariyaat (51) : 56] : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Hidup manusia ibarat mainan yoyo, dilemparkan ke segala arah untuk kembali. Kita tidak tahu seberapa panjang talinya, perjalanan dilempar dan baliknya akan mulus, atau ada masalah di jalan. Seberapa keseriusan, daya juang dan pengorbanan dalam menunaikan ibadah, kita ingat wasiat Rasulullah saw dalam haditsnya : “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu (ibadah) seolah-olah kamu akan mati besok pagi”. (HR Imam Al Baihaqi)

Ironisnya, justru orang yang berakal atau berpendidikan formal secara sadar memilih fitnah dunia dengan cinta dunia. Mereka memahami bahwa harta, tahta, dan wanita bisa menjadi fitnah dunia, tetapi sekaligus berupaya meraihnya. Bukan sekedar sudah suratan sejarah manusia, simak terjemahan [QS Ali ‘Imran (3) : 14] : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.

Rasulullah saw telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”. (HR Muslim)

Secara Istiqamah
Tunaikan ibadah secara konsisten dan kontinyu, penuhi yang wajib dan perbanyak yang sunnah, karena ada nikmat besar dari Allah,  Rasulullah saw bersabda: Jika seorang ahli ibadah jatuh sakit atau safar, ia tetap diberi pahala ibadah sebagaimana ketika ia sehat atau sebagaimana ketika ia tidak dalam safar”. [HR. Bukhari] [Herwin Nur/wasathon.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar