viralda-viraldi kepak sewiwi klepek-klepek
Anggap saja mirip tembang Jawa “oblada-obladi”. Menginspirasi babakan gladi tesik dan atau gladi kotor jelang upacara kenegaraan. Acara utama pidato inaugurasi penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa, pelimpahan sebutan guru besar kehormatan, sertifikat pancasilais komplit, dll.
Setiap orang gemar mendapat kebaikan, hobi menerima kebaikan hati orang lain. Nyaman dengan sentuhan ramahnya alam. Namun tak setiap manusia gemar berbuat baik. Apalagi hobi melestarikan alam. Merasa alam, tanah-air wajib mengayomi penghuni bumi. Kalau sudah bicara kebijakan tanah-air. Tidak bisa berimproviasi. Ujar bebas tanpa ilmu. Apalagi tak secuwilpun mamahami wasasan nusantara, bela negara, ibu pertiwi memanggil. Bahwasanya, semangat wawasan kebangsaan mengawali munculnya rasa cinta tanah air. Menjaga stabilitas wibawa negara. Merawat plus meruwat martabat pantat penguasa.
Bahasa ada tingkatannya, tergantung penggunaan dan yang siapa yang menggunakannya. Di bahasa Jawa, ada istilah ngoko sampai dengan kromo inggil. Tapi kalau ada wong Jawa menggunakan kata kasar, misuh (yang tenar antara lain dengan menyebut nama fauna) maka diledek sedang memakai gaya bahasa “kromo inggil”.
Berkat daya juang penguasa melebihi panggilan tugasnya, maka banyak anak bangsa pribumi, putra-putra terbaik asli daerah yang daya akal, olah pikir, kadar logikanya melampaui generasinya, menyalip zamannya. Mampu menuliskan dan atau mengatakan yang tidak diketahuinya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar