malu berpancasila, tersesat di bumi nusantara multipartai
Fokus mata ke “keblusuk di tahun politik vs melesat pesat di jalan sesat’”. Date modified 9/15/2018 11:21 AM. Tetap terasa segar di mata. Siapa dulu pengolahkatanya. Alinéa terakhir bilang, tak salah kalau wajah politik Nusantara tampak menarik di usia promo. Setelah laku, baru kelihatan setan belangnya.
Benang merah bangsa penjajah dengan periode 2014-2019 plus 2019-2024, adanya misi terselubung dengan sistem gaya zionis. Umat beragama tauhid, tak perlu murtad. Namun dengan setia, loyal, patuh, tunduk – dengan pola bonus idélogi non-Pancasila, tak pakai lama vs tidak perlu mikir – menjalankan ajaran mereka. Iming-imingnya tak sekedar urusan perut, isi perut. Bisa sampai urusan harian bawah perut. Nikmat dunia tersaji di depan mata dengan anéka mégaréka.
Masih ingatkah akan karakter dasar, sadar selaku negara yang lagi, sedang, masih, selalu, senantiasa akan berkembang adalah:
Pertama. Butuh dana yang tak terhitung untuk meraih, merebut,menadah kekuasaan.
Kedua. Butuh biaya yang tak teranggarkan untuk mempertahankan kekuasaan.
Ketiga. Butuh modal pembangunan negara yang ‘tak terduga’ selama menjalankan kekuasaan.
Jadi, mau
dikemanakan lagi Pancasila . . . [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar