janji loyal parpol ke penguasa, nista diri
Bayangkan, date modified 3/7/2018 10:18 AM, lewat suratan ”loyalis pasif lebih rentan, riskan, srawan”. Memang dan memangnya tak bisa dibandingkan, tak dapat disandingkan, tak layak ditandingkan, antara perokok pasif dengan loyalis pasif. Andai ada persamaan substansial, material, redaksional anggap memang namanya sifat manusia. Bedanya, beda dunia. Loyalis tim daerah sepakbola, melahirkan istilah bonek (bondo nekat). Itu pun, ikhwal ini sudah mendunia.
Sifat fanatik, memang harus dimiliki oleh setiap manusia. Fanatisme atau ékstrémis dengan berbagai wacana, menjadikan seseorang mantap dengan pilihannya.
Padahal, suratan “tak ada yang lebih nista ketimbang peolok-olok politik”. Sekedar pemanasan diri dengan info dingin mendinginkan. Status date modified 10/25/2019 5:22 PM. Jelas sudah ketinggalan adab.
Semenjak muncul tokoh pelopor ujaran kebencian, merembet ke sistem bukaan mulut plus media massa arus pendek. Tanpa tatap muka, ahli membolak-balikkan fakta. Satu fakta tampil aneka versi dari semua sisi. Mental dan moral wayang saja masih praktekkan tatakrama, subasita. Lebih katimbang itu, adegan wejangan maupun dialog, diskusi, debat antar pelakon, dikemas secara filosofis. Menjadi mata didik adab bernegara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar