3x24 jam tawala, humanis vs demokratis
Adab bertetangga, tidak hanya ditujukan, diperuntukkan bagi penghuni, anggota keluarga KK (kartu keluarga) di skala RT. Lebih ketat lagi, 1x24 jam. Adab bermasyarakat punya susunan redaksi, narasi dan kandungan substansi turunan dari tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bukan contoh walau kejadian nyata. Tetangga beda blok, punya usaha kecil menepi. Sejalan aksi di rumah saja. Singkat kata, tuan rumah punya kerja. Tepatnya tangan kanan, serba suruhan. Sigap di teras. Modal gawai. Bukan masalah menjadi anti-sosial. Pakai gaya gaul aseli etnisnya. Tidak perlu dijelaskan.
Pertama. Saat ybs sibuk bergawai, bersandar ke pagar teras. Lokasi rumah dekat rumah tusuk sate. Strategis. Memang ada cagak nama jalan dan blok. Wajar menjadi tempat tanya, si pencari alamat. Tukang paket maupun gojek menjadi juru antar. Karena yang ditanya buta alamat, modal hafalan. “To sana . . . “ Monyong menjawab plus menunjuk ke arah dimaksud. Tangan tidak bisa lepas dari gawai.
Kedua. Bakda maghrib gelar forum di tepi jalan depan rumah. Pelanggan ibu rumga atau kaum hawa senasib, datang silih berganti. Tuan rumah sibuk dan gengsi jawab si penanya alamat. Apa guna ada “jubir” si cempreng. Tanpa merubah posisi duduk, bahasa tubuh yang jawab plus jelaskan arah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar