séntimén positif penjaga semangat kerakyatan
Cara aman bernarasi, kilas balik ke judul “Dicari Sosok Presiden 2014-2019 Sentimen Sejarah Vs Sentimen Masa Depan”. Tayangan di laman wasathon.com, 11-11-2012 | 10:23:50.
Episode periode 1997-2002 terjegal oleh Reformasi 1998 dan syahwat politik percepatan Pemilu 1999. Indonesia memasuki tahapan baru belajar politik dengan benar dan baik. Walhasil episode 1999-2004 diisi oleh 2 presiden, RI-1 keempat dan RI-1 kelima. Sekaligus mewariskan bom waktu politik.
Bukan salah sejarah kalau akhirnya menu politik NKRI, terbukti ringan di sistem multipartai. Miniatur dasar ideologi yang ada di muka bumi. Nyaris menjadi ajaran dan model atasi susah hidup. Namanya politik, yang haram asal konstitusional, tidak bisa dipidanakan. Yang tak masuk akal, namun tersirat di kamus dan bahasa politik, menjadi lagu wajib. Semua kejadian ini berlangsung di periode 2014-2019.
Intervensi investor politik dari negara paling bersahabat, tidak hanya pakai semboyan utang budi dibawa mati. Dimodifkasi menjadi sampai mati pun, kalau utang belum lunas, tetap utang.
Bersyukur, anak bangsa pribumi yang pada umumnya di posisi dasar piramida struktur kekuasaan, tetap menjaga persatuan, kesatuan dan keutuhan. Tahan goncang dan gonjang-ganjing. Tahan tekanan, intimidasi dari pihak manapun. Terbiasa kencangkan ikat pinggang. Kebal terhadap fitnah penguasa.
Timbal balik
pemerintah atau penguasa ke rakyat, adalah rakyat mendapat stigma permanent
underclass, uneducated people, bernasib kurang beruntung, termarginalkan atau terpinggirkan. Ritual
demokrasi hanya menghasilkan kedaulatan ada di tangan penguasa, pemenang pesta
demokrasi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar