balik adab budi bahasamu
Perhatikan ungkapan maknawi babat, bibit, bebet, dan bobot kemanusian manusia seutuhnya. Watak bersifat netral. Bukan sebagai stigma atau konotatif. Dibedakan antara watak baik dan watak buruk. Guyon maton wong Jawa: “lara weteng bisa ditambani, lara watek dienteni nganti mati”. Ungkapan itu bermakna 'sakit perut dapat disembuhkan, tetapi kalau wataknya yang sakit, kesembuhannya hanyalah kalau ybs sudah meninggal' .
Pemahaman diri wong Jawa, watak itu tidak dapat diubah. Sebagai gawan bayen. Dari sono-nya. Merekayasa watak manusia berarti memanipulasi bentuk dan struktur genetis manusia. Wong Jawa acap menyebut faktor genetis ini dengan bibit. Bibit inilah yang secara genetis menurunkan watak manusia. Hasil kombinasi watak kedua orang tuanya. Atau watak berulang, sifat menurun silang atau lintas generasi dari kakek-neneknya.
Wong serakah mati karena keserakahannya. Serakah merupakan sifat dasar manusia yang perlu dihindari. Untuk itu, orang Jawa berprinsip pada sakmadya, secukupnya, seadanya, sedang saja, pas. Kalau banyak jangan terlalu kebanyakan, kalau sedikit jangan terlalu sedikit. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar