Halaman

Kamis, 21 Januari 2016

Stop! skenario konspirasi politik menghinakan diri sendiri

Stop! skenario konspirasi politik menghinakan diri sendiri

Bukanlah kebetulan jika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memaparkan fakta bahwa  kualitas program acara televisi saat ini (Antara, 2015) masih di bawah standar berkualitas. Itu bisa dilihat dari hasil survei indeks kualitas program acara secara keseluruhan, yaitu hanya 3,25. Indeks standar minimal untuk program berkualitas yakni 4,0. Sembilan jenis program acara yang dinilai oleh para responden, KPI menyoroti tiga program siaran dengan nilai indeks jauh di bawah standar KPI, yaitu program infotainment, sinetron, dan variety show.

Nilai indeks untuk setiap kategori, di antaranya kategori infotainment (2,34), sinetron/film/FTV (2,51), variety show (2,68), komedi (3,03), anak (3,13), berita (3,58), talkshow (3,78), wisata/budaya (4,09), dan religi (4,10). Sayangnya, tiga kategori program yang mendapat indeks kualitas rendah justru berada di waktu-waktu utama (prime time). Padahal, KPI ingin program acara televisi bisa mengedukasi masyarakat agar semakin cerdas dan berkarakter.

Akankah, apakah, ataukah . . . . (mencuplik kata tanya favorit pembawa acara TV swasta) media cetak tidak mengalami nasib yang sama. Artinya adakah judul yang membodohi pembaca, menganggap pembaca kurang terdidik, atau justru memamerkan kebodohan.

Acap media cetak memajang judul yang atraktif (niatnya), spektakuler sekaligus provokatif. Terkadang dengan isinya tidak nyambung. Tidak sesuai kaidah atau kode etik jurnalistik. Tidak sesuai aturan main bagaimana cara menulis berita dengan benar dan baik.

Bisa terjadi, dan memang sering terjadi ternyata ada semacam infotainment, sinetron, dan variety show versi media cetak. Saya sebagai pelanggan surat kabar Republika dan terkadang buka lamannya, sesekali terpampang judul yang memamerkan aib, bukan aib orang, tapi aib politik.

Misal, satu contoh judul saja, nantinya akankah menjadi renungan bersama, yaitu :
Romy Sarankan PAN Sowan ke Mega
Rabu, 30 Desember 2015, 13:00 WIB
REPUBLIKA.CO.IDRomy Sarankan PAN Sowan ke Mega
- - - - - -
Akankah di Indonesia terjadi konspirasi politik, yang biasanya terjadi di negara maju apalagi di Amerika Serikat yang kental, kaya dengan berbagai aliran, versi konspirasi politik klas dunia.

Apakah konspirasi politik Nusantara merupakan perwujudan nyata politik kekuasaan dalam pasal tak tertulis tentang bagi hasil balas jasa/balas budi vs balas dendam, dengan asas tahu sama tahu, sama rasa sama rata. Kesepakatan hanya sesaat, saat elite parpol bersalaman, foto bareng, nampak akur, akrab, aman, adem ayem. Setelah itu berlaku semboyan “Lu, lu. Gué, gué”.


Ataukah konspirasi politik pe-revolusi mental atau drama politik di éra mégatéga ini didominasi oleh tingkah-ulah, tindak-tanduk Koalisi Partai Pendukung Pemerintah (KP3) yang memakai bahasa dewa. Bukan bahasa rakyat. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar