Halaman

Jumat, 01 Januari 2016

Indonesia-ku, salah urus atau salah orang

Indonesia-ku, salah urus atau salah orang

Kita tidak tahu, apakah berita permasalahan di daerah, bersifat sampel, asal comot, atau asal ada berita yang ditayangkan media massa. Apalagi berita menyangkut perikehidupan akar rumput, masyarakat papan bawah, apakah sebagai pelengkap berita. Kita juga tidak faham itikad di balik penayangulangan suatu kejadian perkara, yang ada tersangkanya. Belum sampai meja hijau sudah diadili oleh penguasa meja redaksi.

Kita tidak tahu, pergolakan diam-diam bak bara dalam sekam, sebagai insiden kecil atau akumulasi kebosanan rakyat menonton perilaku penyelenggara negara. Konflik antar penyelengara negara seolah menjadi kewajiban dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap K/L/D/I. Seolah-olah setiap langkah urusan pemerintah kalau tidak berbau kedaruratan tidak layak dijalankan. Ironisnya, bencana kabut asap, bahkan sempat diekspor gratis ke negara tetangga, dianggap sebagai salah urus administrasi.

Kita tidak tahu, di sisa periode megatega ini, pusaran badai dan topan bencana politik semakin memuncak, memanas dan memakan korban siapa saja. Beban politik bangsa menjadikan sibuk menjaga martabat dan harga diri masing-masing. Loyal kepada partai menjadi tuntunan dan tuntutan wajib. Tidak boleh dinego, apalagi diperdebatkan secara akademis. Yang tidak bisa, tidak boleh diganggu gugat adalah kader jenggot, kader titopan, kader karbitan/orbitan, kader keluarga.

Kita tidak tahu, program hemat enerji nasional yang dipraktikkan oleh oknum kawanan parpolis Nusantara yang sedang dapat arisan maupun warisan kursi penyelenggara negara, khususnya dikontrak di jajaran pembantu presiden, yang menyebabkan kinerja, kiprah, kontribusi dibalas dengan perombakan. Atau turun di jalan sebelum jatuh tempo, jauh sebelum sampai tujuan akhir. Bukan berari Jokowi-JK salah pilah dan pilih orang. Atau dari sono-nya orang yang disodorkan oleh parpol sudah bermasalah. Rekam jejak yang ditonjolkan karena faktor loyalis, faktor penyandang dana, faktor keturunan. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar