energi dan emosi rakyat terkuras nonton kerakusan
pelaku politik Nusantara
Dikisahkan secara terbuka, partai politik yang
berpengalaman di kawah Candradimuka era Orde Baru, begitu terlepas dari
pingitan, memperlihatkan watak asli, karakter bawaan, perilaku dari sono-nya,
tabiat sejak dalam kandungan, syahwat
terpendam turun-temurun, dan sebutan yang tak bisa dihafal oleh pelakunya
sekalipun.
Diriwayatkan secara nyata, terjadi dualisme, dua kubu,
dua kutub di PPP dan PG. Hebatnya PDI-P, berakhir dengan regenerasi seumur
hidup. Jabatan rangkap ketua umum sekaligus presiden senior di era megatega. Nafas
politik PDI-P tedengar ngos-ngosan kejar tayang, mabuk darat uber kursi sampai
lupa diri mendendangkan aroma irama revolusi mental. Mereka sedang menghibur
diri, karena sadar tidak siap menang di pesta demokrasi 2014.
Dituturkan sebagai pengantar tidur malam, betapa ada
koalisi pro-pemerintah, entah besutan atau hasutan siapa. Semangkin membuktikan
daripada adanya orang buta politik, sesuai pitutur dalang Jokowi, mereka memang
kéré munggah balé. Menghalalkan segala pasal,
melegalkan segala cara, mengkonstitusionalkan segala modus operandi. Siapa
makan siapa menjadi menu politik harian. Siapa lawan siapa menjadi atraksi
hiburan pengharu-rasa. Siapa merasa jadi siapa tampil dengan gaya berhiba-hiba
ria jenaka. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar