Halaman

Selasa, 19 Januari 2016

Jakarta, manfaatkan air hujan

Jakarta, manfaatkan air hujan

Jakarta tidak mengalami musim kemarau yang ekstrim, namun kewalahan dan kelabakan  di musim hujan. Tidak hujan pun bisa menderita mendapat banjir kiriman atau sungai meluap. Kondisi geografis dan geologis menyebabkan Jakarta sensitif terhadap banjir lokal terlebih banjir kiriman, rentan terhadap air laut pasang atau rob, namun tidak peka terhadap padat bangunan, padat penduduk, padat lalu lintas. yang secara alami menjadi beban tetap dan menerus.

Ditambah pengurasan air tanah maupun air permukaan untuk berbagai keperluan berdampak pada penurunan muka tanah dan rembesnya air laut ke daratan. Bisa-bisa akhirnya Jakarta bisa sejajar atau bahkan di bawah permukaan air laut.Jakarta sudah akrab dan terbiasa dengan banjir. Jakarta harus disiasati dan diantisipasi sebagai kota di bawah permukaan air laut.

Jakarta sebagai kota super-metropolitan, dipenuhi dengan lantai beton, hutan beton, langit beton. Semua kejadian di lapangan akibat ulah penduduk, mulai dari yang padat Rp (kasus alih fungsi lahan; menguras air tanah untuk industri, apartemen, hotel), padat ide (para ahli, para pakar yang berkutat di atas kertas) sampai yang padat tenaga (tinggal di bantaran sungai, bantaran rel kereta api, kolong jembatan, menggelandang) punya andil dalam merendam Jakarta. Minimal memperbanyak titik-titik rawan banjir. Banjir Jakarta lebih disebabkan macetnya saluran drainase, bukan intensitas hujan yang meninggi.

Jangan sampai terjadi hanya jalan layang yang bebas banjir, dengan mewaspadai siklus banjir tahunan di ibukota. Langkah pertama dan utama adalah dengan memanfaatkan air hujan.

Di daerah hulu Jakarta, di perumahan dan kawasan permukiman, di dataran yang paling tinggi dibuat sumur resapan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Halaman rumah tinggal bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan, dimanfaatkan untuk tanaman pelindung sampai tanaman hias. Usahakan tanah terbuka jangan dilapis dengan perkerasan, tanami rumput atau dihampari kerikil/split. Membuat lubang tanah untuk tempat sampah rumah tangga organis, dipadatkan sampai penuh, dengan sistem gali lubang tutup lubang.

Di daerah hilir Jakarta dengan pemanfaatan zonasi di kawasan sempadan pantai yang bersifat komersial maupun perorangan  wajib sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. Kontrol pemanfaatan bantaran sungai, sungai bukan tempat sampah, pendangkalan jangan dibiarkan. Reklamasi Pantai Utara Jakarta jangan sampai menggusur masyarakat seputar pesisir, terutama nelayan, menutup akses ke laut serta memperhitungkan naiknya muka air laut. Pengendalian alih fungsi lahan produktif dan lahan terlantar jadi perumahan dan industri. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar