Mengenal
Sifat Keluh Kesah Lagi Kikir Diri Sendiri
Bentuk fisik maupun sifat orang tua bisa mewaris atau
menurun ke anaknya. Tidak salah kalau
seorang anak mewarisi watak orang tuanya, bahkan hasil kombinasi watak ibu bapaknya.
Sifat, watak, karakter, tabiat atau padanan kata lainnya, bisa bersifat turunan sebagai pengaruh
internal dan terkecuali pengaruh eksternal.
Kita tidak perlu merisaukan dari mana datangnya, asal
muasal atau penyebab sifat yang ada di diri manusia. Ilmu formal sudah lama memformulasikannya
serta dirinci melalui kajian ilmiah, bahkan sudah dipetakan sesuai proporsi dan
anatomi tubuh manusia.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna dibanding makhluk lainnya, telah dilengkapi dengan berbagai atribut,
aksesoris pengisi, pelengkap, penguat sesuai perkembangan fisiknya. Bahkan
Allah sudah menetapkan di dalam kitab Lauh al-Mahfudz tentang perjalanan hidup,
akhir riwayat dan masa depan abadinya seorang anak manusia.
Atribut atau asesoris apa saja yang dibawa manusia sejak
dalam kandungan bahkan? Kita mengacu [QS Al
Ma’aarij (70) : 19-23] : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang
mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,”
Jangan diartikan Allah menjadikan sifat keluh
kesah lagi kikir, sebagai beban kehidupan, atau diaggap dosa bawaan, dosa
titipan. Atau bahkan dijadikan alasan jika kita berhal demikian, saat kita
bernasib demikian. Keluh kesah lagi kikir sebagai penyakit umat manusia tentu
ada obatnya. Tersurat di surat/ayat di atas, obat anti keluh kesah lagi kikir
yaitu ‘kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya’.
Memang kita tidak boleh begitu saja mengambil
kesimpulan dari satu atau beberapa ayat terkait. Justru bisa sebagai pintu
masuk untuk menelusuri, menelisik dan menyidik lebih lanjut. Atau bisa juga
sebelum melangkah jauh, kita memantapkan makna dari nomenklatur atau frasa sifat
keluh kesah lagi kikir. Antara keluh kesah dengan kikir ada hubungan sebab
akibat, bahkan saling menguatkan dengan kata ‘lagi’. Tepatnya, jangan cepat
putus asa vs mudah puas diri.
Dua kata kunci yang menjadi fokus dan
perhatian kita yaitu ditimpa kesusahan dan mendapat kebaikan.
Kita ingat lirik lagu Pramuka : “Apa guna keluh kesah”, dst. Anak didik yang masih di SD yang
menjadi anggota Pramuka tingkat Siaga, secara tak langsung sudah dikenalkan
dengan frasa ‘keluh kesah’. Mulai dari lagu, sebagai awal dan dasar pembentukan
karakter. Berlanjut hingga jejang SMP dan SMA. Asupan ilmu lainnya, khususnya
ilmu agama, semakin memantapkan jiwa anak untuk tidak mudah berkeluh kesah.
Tidak mudah menyerah pada tuntutan dan tantangan kehidupan.
Bagaimana sikap umat Islam mengelola nasib
diri ketika sedang ditimpa kesusahan dan mendapat kebaikan? Kadar kesusahan dan
kebaikan bersifat relatif, tergantung daya tahan masing-masing.
Ditimpa kesusahan, bukan berarti kondisi dan
posisi kita sedang pasif, tidak melakukan kegiatan dan aktifitas rutin. Justru
kesusahan yang sedang menimpa kita, sebagai uji coba dan batu ujian untuk
meningkatkan kadar iman kita. Dari rumah berangkat kerja, menuju sekolah,
melalui berbagai bentuk pengorbanan, derajat kesusahan di jalan. Mewujudkan
mimpi, tak kurang menghadapi berbagai tingkatan kesusahan. Pengalaman harian
menyebabkan kita tidak mudah menyerah pada nasib.
Mendapat kebaikan, jangan dimaknai sebagai
mendapat durian runtuh (apalagi di kebun orang). Jangan pula diartikan sebagai
hasil jerih payah kita dalam menguber rezeki-Nya. Manusia wajib berikhtiar,
soal hasil adalah hak prerogratif Allah swt. Mendapat kebaikan bisa sebagai
awal ditimpa kesusahan, jika kita tidak mampu mengemban kebaikan tersebut. Jangan
otomatis berpuas diri jika sedang mendapat kebaikan yang terukur dalam skala
duniawi.
Tak perlu dipungkiri, disangsikan apalagi
diperdebatkan bahwa shalat sebagai obat mujarab mengatasi penyakit keluh kesah
lagi kikir. Kita waji bersyukur dan tetap beratubat jika seolah merasa tidak
masuk domain ‘keluh kesah lagi kikir’. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar