Jebakan Pasar Bebas Dalam Negeri
Tidak hanya kenaikan
harga kebutuhan pokok atau sembako yang menghantui konsumen. Kebutuhan pokok
untuk pangan atau sembako mendadak langka atau bahkan hilang di pasaran;
makanan/minuman mengandung bahan pengawet, pewarna dan perasa berbahaya; bercampurnya
bahan haram dalam makanan halal cukup meresahkan masyarakat.
Di tingkat internasional, modus operandi pelaku ekonomi dari negara
adidaya, kaya/maju atau badan dunia adalah berusaha untuk memperlancar lalu
lintas perdagangan antara negara tanpa hambatan. Bahan baku olahan negerinya maupun
perusahaan bisa bergerak bebas dalam mencari pasaran dan tenaga kerja yang upah
minimum lebih murah, aman, bebas intervensi. Semua ini berdasarkan asas meraih
untung optimal dengan modal minimalis.
Di dalam negeri, tata niaga atau rentang antara
produsen (misal : petani) dengan konsumen atau pengguna/pemanfaat akhir sering harus
meliwati mata rantai bak lingkaran setan. “Setan” yang selama ini dikenal
sebagai tengkulak, spekulan, penimbun, rente, dan profesi sejenis. Di lapangan,
di pasar, siapa yang bisa mengawasi dan mengendalikan harga pasar? Tugas dan fungsi Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Badan POM) bisa ditingkatkan sebagai pengawas dan pengendali
harga kebutuhan pokok.
Ingat peribahasa “Kerbau punya susu, sapi punya nama”
berlaku pada sistem ketahanan pangan era jokowi-JK yang mengandalkan poros
maritim. Petani mandi keringat, peras keringat, pelaku ekonomi Nusantara
terangkat jadi konglomerat. Petani berjibaku, bergulat melawan lumpur, pelaku
ekonomi Nusantara bertambah makmur. Ironis, pelaku ekonomi Nasional mampu
mengendalikan dan mengontrol kebijakan Pemerintah.
Jujur saja, semua masalah berpulang pada ‘pengetahuan’ konsumen.
Konsumen tidak sekedar mengikuti panggilan kebutuhan isi perut saja, harus arif
cerdas, harus bijak mengantisipasi kebutuhan pokok yang dibutuhkan secara
bersamaan. Kebutuhan sehari-hari dilaksanakan secara linier dalam satu tahun,
dimungkinkan tidak ada permintaan/kebutuhan yang melonjak. Konsumen harus bisa
menahan diri, tidak konsumtif, walau jelang hari raya keagamaan, pergantian
tahun. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar