Halaman

Jumat, 08 Januari 2016

Perombakan Total Metro Mini

Perombakan Total Metro Mini

Metro Mini di Jakarta, munkin termasuk angkutan umum penuh dan padat do’a. Masih ngetem di terminal bayangan, atau tujuan akhir rute, pengamen jual jasa silih-berganti. Menarik simpati dengan mendo’akan calon penumpang yang menyisihkan rezekinya, seribu dua ribu, akan selamat sampai tujuan. Penumpangpun otomatis berdo’a, mulai karena ngetem terlalu lama, bis main serobot, sopir bis memamerkan keahliannya sebagai raja jalanan.

Memang bisnis jalanan panas dan tidak mengenal toleransi, tata krama, tata tertib, andalannya adalah Rp. Pajak harian, pajak jalanan, pajak simpang jalan, pajak ngetem, pajak tarik penumpang menjadi jatah oknum aparat resmi berseragam sampai preman jalanan. Semboyan yang ditayang di kaca belakang “sesama bis kota dilarang saling mendahului” justru sebagai pengingat uber rezeki sebelum dicaplok orang lain. Beda rute bisa saling bersaing dengan segala cara, apalagi satu rute.

Jika sopir Metro Mini menuntut upah tertentu, karena ada kebijakan operasionalisasi eketernal, wajar, manusawi dan masuk akal mereka.

Andai syarat menjadi sopir Metro Mini sesuai standar kompetensi serta kelayakan dan kepatutan bis didukung sertifikasi, bisa-bisa bisa malah membuat armada baru dengan merekrut sopir bisa baru. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar