negara multipartai vs negara
multikrisis
Anak bangsa yang berkategori
rakyat jelata, wong cilik, warga negara klas tiga, keluarga pra-sejahtera, penduduk
melarat bin miskin, masyarakat papan bawah, masyarakat berpenghasilan rendah, sudah
bisa dan terbiasa kencangkan ikat pinggang di zaman Orde Baru. Di periode
2014-2019, perut rakyat menjadi tabung reaksi kemandirian pangan berbasis bahan
baku impor.
Daya tahan rakyat sudah teruji
menghadapi berbagai krisis atau multikrisis bahkan sampat tingkatan darurat.
Krisis ekonomi sampai darurat gizi sudah menjadi menu harian, krisis hukum sampai darurat Cicak vs Buaya sudah
terbiasa menjadi kambing hitam, krisis politik sampai darurat Reformasi jilid 2
hanya dibutuhkan saat hari-H pesta demokrasi.
Ironis, para segelintir elit
partai, seolah sudah kebal berbagai krisis, sehingga daya tanggap, kepekaan dan
kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara menjadi semakin tumpul, majal.
Akankah karena partai politik
(parpol) didirikan sekedar bisa ikut pesta demokrasi lima tahunan, sekedar
memenuhi syarat demokrasi, bukan berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat, hasilnya
banyaknya parpol identik dengan banyaknya krisis.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar