geografi
politik Nusantara, politik negara vs negara politik
Pilkada serentak 9 Desember
2015, selain tak sesuai harapan, yang bikin miris adalah permasalahannya tak
terjangkau daya analisa atau daya prediksi oknum mendagri. Padahal daya jangkau
tugas dan fungsi Kemendagri sampai semua wilayah adminstrasi desa/kelurahan se
Nusantara.
Kasus pasangan tunggal di
pilkada serentak, bukan berarti daya cengkeram partai politik hanya mengakar ke
atas. Budaya berpolitik tidak menjadi daya tarik masyarakat yang terikat
teritorial administrasi, apalagi komunitas yang masih mempertahankan kearifan
lokal.
Tampilan konflik partai
politik tingkat nasional, yang menjadi menu utama kefasikan media massa,
khususnya media penyiaran televisi, membuahkan alergi politik di masyarakat
papan bawah, rakyat jelata, wong cilik. Terpidana korupsi dari kawanan
parpolis, malah ketawa-ketiwi muncul di tv.
Faktor alam pun sudah bisa
membedakan, mana yang buta politik namun tidak buta nurani, mana yang melek
politik tetapi buta nurani.
Bencana alam seolah
perpasangan dengan bencana politik. Kekeringan yang menyapa Nusantara, dianggap
sebagai proses cuaca. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar