Halaman

Jumat, 14 Agustus 2015

geografi politik Nusantara, politik negara vs negara politik

geografi politik Nusantara, politik negara vs negara politik


Pilkada serentak 9 Desember 2015, selain tak sesuai harapan, yang bikin miris adalah permasalahannya tak terjangkau daya analisa atau daya prediksi oknum mendagri. Padahal daya jangkau tugas dan fungsi Kemendagri sampai semua wilayah adminstrasi desa/kelurahan se Nusantara.

Kasus pasangan tunggal di pilkada serentak, bukan berarti daya cengkeram partai politik hanya mengakar ke atas. Budaya berpolitik tidak menjadi daya tarik masyarakat yang terikat teritorial administrasi, apalagi komunitas yang masih mempertahankan kearifan lokal.

Tampilan konflik partai politik tingkat nasional, yang menjadi menu utama kefasikan media massa, khususnya media penyiaran televisi, membuahkan alergi politik di masyarakat papan bawah, rakyat jelata, wong cilik. Terpidana korupsi dari kawanan parpolis, malah ketawa-ketiwi muncul di tv.

Faktor alam pun sudah bisa membedakan, mana yang buta politik namun tidak buta nurani, mana yang melek politik tetapi buta nurani.

Bencana alam seolah perpasangan dengan bencana politik. Kekeringan yang menyapa Nusantara, dianggap sebagai proses cuaca. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar