2013, Minimalisasi Syahwat Politik
Impian dan harapan bangsa, negara dan
masyarakat Indonesia di 2013, kalau dievaluasi akan mengerucut pada kondisi yang
diinginkan yaitu agar tidak terjadi lagi, tidak terulang lagi bencana politik. Sumber
bencana politik bersifat lokal, sesaat, namun dampaknya luar biasa. Terlebih
jika bencana politik masuk kategori pagar makan tanaman, yaitu biang keroknya
adalah oknum wakil rakyat maupun pimpinan daerah yang dipilih langsung oleh
rakyat. Dampak bencana politik bersifat sistemik, karena pelakunya dari para
elite partai politik (parpol) yang bercokol di birokrat dan wakil rakyat.
Bencana politik mulai dari akibat ulah mulut
penganut politik praktis sampai apa yang dilakukan oleh kaki dan tangan
petinggi parpol. Kaki mengajak untuk tidak menghadiri sidang DPR, tetapi rajin
untuk melakukan kunjungan kerja, studi banding ke manca negara. Tangan dengan
sadar diri dan keyakinan penuh mengutip
uang negara secara berlebih untuk kepentingan anak keturunannya.
Syahwat politik terlihat pada koalisi parpol
pemenang pemilu 2009. Parpol bersatu agar kursi kekuasaan tidak direbut parpol
papan bawah. Bukan untuk membentuk sinergi sehingga dalam penyelenggaraan negara
bisa optimal. Konflik internal parpol pun bisa sebagai bahaya laten yang
menguras habis energi dan emosi bangsa, negara dan rakyat. Survei siapa yang
paling layak jadi presiden semakin memperparah gejolak syahwat politik.
2013 sebagai tahun kritis gejolak syahwat
politik, jika tidak bisa diminimalisir sampai ambang bawah, dipastikan
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat akan jadi korban sia-sia.
Konsentrasi dan fokus parpol adalah mencari bekal dan akal agar bisa menang
dalam pesta demokrasi. Pilpres 2014 sebagai daya tarik parpol untuk berbuat apa
saja. Parpol incumbent atau petahana tentu tak mau kehilangan kursi empuknya.
Bagi wakil rakyat yang baru satu periode sudah tancap gas dan ancang-ancang di
internal paprol agar tetap masuk bursa pencalonan. Ketua Umum parpol banyak
yang merasa bisa jadi RI-1, bahkan tanpa sungkan mencapreskan dirinya. Bahkan
tanpa malu maju sebelum dipanggil namanya. [Haen]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar