Halaman

Minggu, 10 Desember 2017

pola konsumsi politik rakyat vs nilai jual kawanan parpolis



pola konsumsi politik rakyat vs nilai jual kawanan parpolis

Babakan kehidupan bermasyarakat maupun persaingan antar petugas  partai saat mempraktikkan pasal berbangsa, bernegara sangat mungkin hukum keseimbangan terjadi.

Contoh sederhana dengan meliwati proses yang tidak sederhana, yaitu :

Pertama. Musuh rakyat belum tentu menjadi musuh negara. Jelasnya, perilaku korup – baik yang terkena OTT KPK maupun yang bebas merdeka sampai ajal tiba – yang menjadi lagu wajib di sebuah negara multipartai.

Bukan salah jodoh kalau ternyata nyatanya negara ramah koruptor. Bahkan sangat ramah investor. Ini tidak perlu diuraikan karena masih berlangsung, episode demi episode.

Efek domino ramuan ajaib revolusi mental, menjadikan kasta masyarakat menengah ke atas semakin berkibar. Masyarakat papan bawah secara konstitusional diformat dalam sistem pembangunan nasional sebagai warga kurang beruntung, permanent underslass, uneducated education.

Kedua. Musuh negara belum tentu musuh rakyat. Karena, konon pihak yang berseberangan dengan penguasa, penyelenggara negara, pemerintah yang sedang kontrak politik, atau yang masuk radar deteksi sebagai lawan politik. Rakyat yang buta politik dengan kearifannya maklum bahwasanya pihak yang semakin jauh dari rakyat berbanding lurus dengan semakin jauh dari Pancasila.

Pihak yang bertugas melakukan uji asas taat, patuh, loyal, setia terhadap bagian utama penguasa, sudah dimaklumi isi perut maupun kandungan jiwa dan rasa.

Terlihat di langit bintang-bintang pajangan. Berkerlap-kerlip bukan sinar sendiri.

Akhirnya, akumulasi doa rakyat yang tak terdeteksi radar politik, tak terendus awak media berbayar, dari pojok, sudur, pelosok negeri atau dari arah tak terduga, akan . . .  [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar