bukan
fakta bukan fitnah : TOTAL JENDERAL
Tak ada kaitanya dengan kepangkatan,
semisal marsekal, laksamana atau apalah. Bahasa memang sebagai ekspresi hal-hal
yang tabu kalau diungkapkan apa adanya. Terserah pembaca yang budiman untuk
menafsirbebaskannya.
Agar tak jauh melenceng, boleh saja
memakai KBBI atau primbon bantal jemur. Agar rasa penasaran yang menggelegak sampai
ubun-ubun. Jangan berandai-andai, jadi ada total kopral.
Karena sudah ada perjuangan “Kopral
Djono”, mungkin bagsa ini lebih bergengsi dengan sebutan jenderal. Doeloe ada
film anak-anak “Jenderal Kancil”.
Berkat ramuan politik, pangkat jenderal
bisa diraih tanpa mengindahkan sistem karir. Identik di panggung politik. Tak perlu
berkeringat, menumpang nama besar orangtua, terjadi percepatan, katalisator
positif yang memendekkan waktu juang.
Tapi, ingatkan akan peribahasa jer basuki mawa béa.
Biasanya, manusia dan/atau orang di
Indonesia memang sangat tahu rasa berterima kasih. Artinya, jika diberi nikmat
dunia oleh penguasa. Kendati pasal berlaku pasal diwènèhi ati ngrogoh
rempela. Karena sudah dari sono-nya punya bakat ésuk dhelé soré témpé.
Akankah di tahun politik, tak
disangka mèntal témpé malah disanjung. Namanya politik jenderal. Siap! [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar