momentum
Yogyakarta 19 Desember 1948, bela negara vs bela kursi
Saat duduk di bangku SR (sekolah
rakyat) di kotamadya Yogyakarta, ada mata pelajaran sejarah yang menjelaskan kalau
Clash II terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta sebagai ibu kota
negara Indonesia. Aksi pendudukan tentara Belanda sekaligus menawan presiden
Sukarno, wakil presiden Muhammad Hatta dan beberapa menteri.
3 tahun, 7 bulan, 1 hari pasca 19
Desember 1948, saya lahir di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Kami tinggal
di rumah negara golongan II karena orang tua saat itu sebagai guru SMP N 1
Yogyakarta. Gerbang atau main entrance RS Panti Rapih tepat di depan rumah
kami. Dulu bernama jalan Terban Taman, kemudian menjadi jalan Cik Di Tiro. Pokoknya,
sebelah selatan bunderan kampus UGM Yogyakarta.
Singkat kata, tanggal 19 Desember
1948 ditetapkan sebagai hari Bela Negara.
Kendati sekarang mungkin beda
suasana dengan zaman pasca Proklamasi 17 Agustus 1945. Bisa kita rasakan kalau
jabatan presiden dan wakil presiden lengkap dengan perangkatnya, merupakan
jabatan politik.
Daya juang ideologi yang didukung
kendaraan politik berbentuk partai politik yang menjadikan seseorang bisa
meraih kursi kepresidenan. Merasa mampu untuk duduk dan tinggal di istana
negara. Soal fasilitas sudah melekat pada jabatan.
Tak salah kawan, jika orientasi
utama orang masuk sebuah partai politik adalah adanya sasaran kursi kekuasaan. Masih
hangat akan berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya). Bentuk sampingan dari
berhala reformasi 3K adalah tindak 3K (koalisi, kolusi, korupsi). Ini hanya
kebetulan terjadi pada oknum. Yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Bela negara tidak hanya saat
menghadapi bangsa lain, unsur asing, kekuatan luar negeri. Karena di éra mégatéga, efek domino dari pasar
bebas,perdagangan bebas dunia, seolah kita memang sebagai negara ramah
investor. Demi wibawa negara di mata asing, maka siapa yang akan dijadikan kambing hitam.
Generasi pewaris masa depan bangsa
matang sebelum waktunya akibat mengkonsumsi budaya asing diluar takaran. Invasi
asing sudah terasa sampai bumbu dapur. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar