Halaman

Rabu, 20 Desember 2017

momentum Yogyakarta 19 Desember 1948, bela negara vs bela kursi



momentum Yogyakarta 19 Desember 1948, bela negara vs bela kursi

Saat duduk di bangku SR (sekolah rakyat) di kotamadya Yogyakarta, ada mata pelajaran sejarah yang menjelaskan kalau Clash II terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta sebagai ibu kota negara Indonesia. Aksi pendudukan tentara Belanda sekaligus menawan presiden Sukarno, wakil presiden Muhammad Hatta dan beberapa menteri.

3 tahun, 7 bulan, 1 hari pasca 19 Desember 1948, saya lahir di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Kami tinggal di rumah negara golongan II karena orang tua saat itu sebagai guru SMP N 1 Yogyakarta. Gerbang atau main entrance RS Panti Rapih tepat di depan rumah kami. Dulu bernama jalan Terban Taman, kemudian menjadi jalan Cik Di Tiro. Pokoknya, sebelah selatan bunderan kampus UGM Yogyakarta.

Singkat kata, tanggal 19 Desember 1948 ditetapkan sebagai hari Bela Negara.

Kendati sekarang mungkin beda suasana dengan zaman pasca Proklamasi 17 Agustus 1945. Bisa kita rasakan kalau jabatan presiden dan wakil presiden lengkap dengan perangkatnya, merupakan jabatan politik.

Daya juang ideologi yang didukung kendaraan politik berbentuk partai politik yang menjadikan seseorang bisa meraih kursi kepresidenan. Merasa mampu untuk duduk dan tinggal di istana negara. Soal fasilitas sudah melekat pada jabatan.

Tak salah kawan, jika orientasi utama orang masuk sebuah partai politik adalah adanya sasaran kursi kekuasaan. Masih hangat akan berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya). Bentuk sampingan dari berhala reformasi 3K adalah tindak 3K (koalisi, kolusi, korupsi). Ini hanya kebetulan terjadi pada oknum. Yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.

Bela negara tidak hanya saat menghadapi bangsa lain, unsur asing, kekuatan luar negeri. Karena  di éra mégatéga, efek domino dari pasar bebas,perdagangan bebas dunia, seolah kita memang sebagai negara ramah investor. Demi wibawa negara di mata asing, maka siapa yang akan dijadikan kambing hitam.

Generasi pewaris masa depan bangsa matang sebelum waktunya akibat mengkonsumsi budaya asing diluar takaran. Invasi asing sudah terasa sampai bumbu dapur.  [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar