dadu
politik Golkar, loyalis penguasa vs loyalis penguasa
Golkar tetap Golkar. Dibandingkan dengan
zaman Orde Baru, pemerintah presiden Suharto, hanya beda nomenklatur. Dibandingkan
dengan sebuah parpol pendatang baru di pesta demokrasi 2014, seperti sami mawon.
Kelakuan Golkar di éra mégatéga,
semakin membuktikan bahwa Golkar memang sebatas sebagai kendaraan politik serta
mencetak sempalan yang berkibar.
Karena pergaulan bebas politik
terbuka atau memang dari sono-nya bahwa Golkar berorientasi,
berdasarkan potensi tokoh. Rahasia pedagang keliling kalau manusia ekonomi yang
menentukan nasib Golkar.
Kejadian ada dua kubu atau betapa
ambisi faksi, memang menjadikan Golkar tidak sempat menapakkan dan menampakkan
ideologinya.
Golkar mirip perusahaan yang
bergerak di bidang jasa pemerintahan.
Karya yang jadi andalan Golkar
apakah sesuai karya nyatanya atau sekedar mengkuti selera zaman.
Memangnya Golkar seperti Baladewa ilang gapité. Ataukah jiwanya
tersandera masa lampau. Seperti dinosaurus yang keberatan, kebesaran badan. Tidak
seksi, tidak menggiurkan namun bisa jadi karena faktor X, tetap eksis.
Rekam jejak dan kisah sukses Golkar
seolah malah menujukkan daya dan gaya panggung. Agaknya Golkar tidak bisa
streil dari praktik politik bersih. Aroma irama para petugas partai yang super
heterogen,malah memposisikan Golkar di antara penguasa dan rakyat. Berpijak tak menapak,
bergantung tak meraih. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar