Halaman

Rabu, 27 Desember 2017

bukan fakta bukan fitnah : POKOKé MENANG



bukan fakta bukan fitnah : POKOKé MENANG

Jarené, karepé ki Noto Negoro, sing dèn ngabèhi, sing sak kabèhé alias yèn iso pancèn sak akèh-akèhé. Ojo nganti isih ono sing siso. Dikorèti nganti resik.

Kenyataan hidup, tak kurang adanya manusia dan/atau orang Indonesia yang gemar dengan korat-korèt isi ceting. Dikarenakan, kue nasional tak akan menetes sampai lapisan terbawah. Bahkan sampai tetesan terakhir satu periode.

Makanya, terbentuklah detasemen politik. Entah anti-politik atau pro-politik. Langkah antisipasi terhadap pergeseran kerak peta politik skala nasional. Wajar. Karena gerakan separatis berbentuk dinasti politik, menjadikan suatu daerah - apakah provinsi apalagi kabupaten/kota - seperti sudah dikapling-kapling. Tak salah kalau loyalis di dalam suatu daerah pemilihan (dapil) bersifat fluktuatif, angin-anginan. Politik memang dinamis.  

Satu hal yang hanya diingat dalam lagu saja, betapa NKRI dengan ribuan pulau. Tentu butuh politik yang utuh, kuat dan merakyat.

Tapi apa daya, daya juang manusia politik anak bangsa hanya berkutat kea rah penguasaan berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa). Ironis binti miris, dibilang sebagai bangsa pribumi, seolah tersinggung martabat, harga diri, pesona diri dan nilai jualnya.

Mereka itu, memang sudah sebagai perpanjangan tangan manusia ekonomi lokal atau spekulan politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar