bukan
fakta bukan fitnah : POKOKé MENANG
Jarené, karepé ki Noto Negoro, sing
dèn ngabèhi, sing sak kabèhé alias yèn iso pancèn sak akèh-akèhé. Ojo nganti isih
ono sing siso. Dikorèti nganti resik.
Kenyataan hidup, tak kurang adanya
manusia dan/atau orang Indonesia yang gemar dengan korat-korèt isi ceting. Dikarenakan,
kue nasional tak akan menetes sampai lapisan terbawah. Bahkan sampai tetesan
terakhir satu periode.
Makanya, terbentuklah detasemen
politik. Entah anti-politik atau pro-politik. Langkah antisipasi terhadap pergeseran
kerak peta politik skala nasional. Wajar. Karena gerakan separatis berbentuk
dinasti politik, menjadikan suatu daerah - apakah provinsi apalagi
kabupaten/kota - seperti sudah dikapling-kapling. Tak salah kalau loyalis di
dalam suatu daerah pemilihan (dapil) bersifat fluktuatif, angin-anginan.
Politik memang dinamis.
Satu hal yang hanya diingat dalam
lagu saja, betapa NKRI dengan ribuan pulau. Tentu butuh politik yang utuh, kuat
dan merakyat.
Tapi apa daya, daya juang manusia
politik anak bangsa hanya berkutat kea rah penguasaan berhala reformasi 3K
(kaya, kuat, kuasa). Ironis binti miris, dibilang sebagai bangsa pribumi,
seolah tersinggung martabat, harga diri, pesona diri dan nilai jualnya.
Mereka itu, memang sudah sebagai
perpanjangan tangan manusia ekonomi lokal atau spekulan politik. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar