Halaman

Rabu, 20 Desember 2017

hitung mundur tahun politik, tepuk dada vs tepuk jidat



hitung mundur tahun politik, tepuk dada vs tepuk jidat

Tak salah kalau anggapan, asumsi bahwasanya sebuah partai politik dianggap bertaji, jika sudah pernah menempatkan petugasnya sebagai presiden atau didapuk sebagai wakil presiden. Lebih bergensi kalau oknum ketua umum pernah mencicipi kursi presiden dan/atau wakil presiden.

Atau akumulasi parpol mana yang paling banyak mempunyai suruhan sebagai kepala daerah. Memang sulit, karena keterpilihannya akibat koalisi parpol. Terlebih dengan pola pilkada serentak.

Secara internal, adakah kader parpol yang merangkak mulai dari nol, bangkit dengan keringat sendiri, Berjaya karena daya juang ideologinya.

Apakah latar belakang mengapa seseorang masuk parpol menentukan fanatismenya. Hitung mundur tahun politik 2018 dan 2019 akan terjadi keseimbangankah? Antara pihak yang tepuk dada dengan pihak yang tepuk jidat. Siapa bisa duga malah investor politik multinasional dan mancanegara malah yang mampu tepuk tangan. Yang girang dengan sukses pesta demokrasi yang akan tepuk tangan belakangan, karena skenario sukses.

Mereka tak butuh dan tak mau tahu siapa yang jadi presdien. Mereka sudah tahu isi perut sang juara. Mereka ibarat tim pencari bakat. Yang terbaik – sebagai juara umum di kompetisi pemilu legislatif dan pilpres 2019 – akan diboyong, dielus-elus, dininabobokan, jadi jago yang siap bela tuannya, sang juragan (manusia ekonomi). Tidak lebih tidak kurang. Namanya politik, bisa dikalkulasi untung ruginya. Soal nasionalisme, bukan ukuran utama. Pokoke menang. Modus apapun layak dipakai. Sederhana.

Satu periode dirasa kurang cukup. Makanya justru mempertahankan peringkat dengan segala pasal, semua langkah konstitusional. Total jenderal semua sudah loyal. Tinggal tunggu suara rakyat sebagai penentu. Dukungan parpol hanya sebatas pemanis bibir. Cari aman.

Pada hari-H, kata hati yang menentukan pilihan, siapa yang akan diboblos / dicontreng. Serangan fajar atau serangan harian sudah tak mempan. Semakin dikampanyekan, dicitrakan artinya berbanding terbalik dengan nilai jual. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar