Daulat Negara Merdeka vs Tirani Dunia
Amerika Serikat (AS) memang tidak sekedar sebagai negara super
power, adidaya. Praktiknya bahkan melebihi biang impéralis, kolonialis masa
kini yang seolah tanpa tanding. Sebagai negara adidayapun, termasuk menyuguhkan
modus adigang, adigung, adiguna.
Sejak kekalahan AS di perang Vietnam, maka dengan
predikat sebagai ‘polisi dunia’ malah menjadi sponsor perang di berbagai
negara. Berbagai dalih, alasan dipakai untuk mengintervensi negara lain. Selain
melakukan invasi militer, AS melatih cikal bakal teroris. Pasca perang dingin
dengan negara superkomunis, USSR, tak pelak AS merajai dunia.
Pemerintah AS yang secara de facto dibawah kendali
bangsa Yahudi, dipastikan selalu menentang eksistensi negara Palestina. Ironisnya,
Cara diplomasi, boikot, gertak sambal untuk menghadapi
gaya cowboy Paman Sam, sudah tidak memadai. Terlebih, Persatuan Bangsa-Bangas
(PBB) seolah kalah pamor dengan AS.
Negara-negara cinta damai, khususnya bangsa dan rakyatnya
yang mempunyai rasa dan ikatan persaudaraan (ukhuwah) sebagai umat Islam dengan bangsa dan negara Palestina,
wajib bangkit. Kalau bukan umat Islam, siapa lagi.
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif lebih
bersifat reaktif, itupun hanya berwaktu hangat-hangat tahi ayam. Misal,
menghadapi kasus TKI, posisi tawar Indonesia dianggap angin lalu. . Atau kita
harus memaklumi bahwa ekses politik luar negeri bebas aktif, menjadikan kita
wajib mengkuti aturan main politik internasional. Politik tetap politik.
Seolah politik
luar negeri Indonesia tergantung kebutuhan, permintaan dan harga pasar;
mengikuti arus dan aliran kuat; ditentukan siapa pemegang kendali; mentaati
aturan tak tertulis; manfaatkan jalur pendek non-protokoler. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar