dilema
tahun politik 2018, 2019 : total jenderal vs ongkir gratis
Begitulah. Beginilah. Begonolah. Tapi
fakta bicara tak dapat ditutup-tutupi. Kendati didukung kawanan ahli propaganda
yang mahir menggadakan kisah sukses penguasa.
Terang terus bahwasanya sistem
pertahanan dan keamanan NKRI sudah diyakini dalam kondisi kontrak politik. Loyalitas
mereka di bawah satu kendali, yang memang secara konstitusional sebagai atasan
langsung.
Ramuan politik, resultan dari perpaduan,
kolaborasi, kolusi, koalisi antara kepentingan manusia ekonomi supernasional dengan
skenario, kekuatan dari negara besar populasinya.
Di atas kertas, penguasa merasa di
atas angin. Semua jalur, lajur menuju sukses 2019 sudah dirintis seolah menjadi
hak milik. Kesetiaan pihak yang berwajib, berwenang atas tegak dan terjaganya wibawa
negara sudah tidak bisa diabaikan.
Ditunjang dengan loyalitas parpol
yang berorientasi pada nikmat dunia, semakin menjadi merasa digdaya tanpa
tanding.
Seolah permukaan Ibu Pertiwi menjadi
satu warna. Semua bisa diatur. Keboijakan nasional bukankah sudah mengakomodir
keinginan, kebutuhan, kepentingan investor politik yang sudah berjaya di
periode 2014-2019.
Semangkin berkibar aroma irama
politik atau kuasa, kuat, kaya alias berhala reformasi di angan-angan, fantasi
politik penguasa sebagai pertanda bahwa Pancasila hanya hidup di akar rumput.
Kemelut akibat konflik terbuka internal penguasa
diprediksi tumbuh kembang bak deret hitung. Klimakasnya pada hari-H pemiliu legislative
plus pilpres. Ini bukan ramalan politik. Hanya membaca peta politik penguasa
dengan kacamata awam. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar