KECOAKpun
ora doyan buah impor
Tukang buah di pasar tradisional
punya cerita. Cerita berdasarkan kisah nyata, jujur, sesuai keluguannya. Terbatas
pada pengetahuan perbuahan. Cukup menarik untuk diceritakan, sesuai kejadian
peristiwa.
Tukang buah heran, buah impor – semisal jeruk yang jeruk lokal tidak
ada, pisang yang mirip pisang lokal, apel yang padahal banyak apel lokal – koq bersih-bersih.
Kulitnya tanpa kotoran, bahkan sepertinya tak pernah ada kotoran nempel. Jarang
yang bonyok. Kayaknya tahan banting, gerutunya.
Tukang buah lebih heran lagi karena
tidak ada lalat (lalat lokal) yang nempel sana-sini. Katanya, sambil
telunjuknya menunjukkan buah impor. Sebagai bukti.
Tukang buah mungkin tak tahu
bagaimana buah impor direkayasa agar tampak segar. Apalagi kalau diberi tahu
kalau buah impor hasil olah salon kecantikan. Malah tukang buah terkekeh
bingung. Ada buah bisa dandan.
Tukang buah tahu kalau lalat ora
doyan sebagai pertanda. Ternyata kecoak yang bersliweran, sepertinya enggan,
malas bahkan takut mampir ke buah impor. Kecoak terbang yang asal mendarat,
rasanya tak mau mendarat sembarangan atau asal mendarat darurat di kumpulan
aneka buah impor.
Tukang buah cuma geleng kepala jika
tahu ada apa dengan buah impor yang masuk “salon buah”. Apakah disortir yang
layak jual atau pasal tipu-tipu lainnya.
Tukang buah masih bisa tersenyum
jika ada yang beli buah impor yang tampak berklas. Mungkin yang beli sesuai
pesanan sang majikan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar