Halaman

Senin, 18 Desember 2017

KECOAKpun ora doyan buah impor



KECOAKpun ora doyan buah impor

Tukang buah di pasar tradisional punya cerita. Cerita berdasarkan kisah nyata, jujur, sesuai keluguannya. Terbatas pada pengetahuan perbuahan. Cukup menarik untuk diceritakan, sesuai kejadian peristiwa.

Tukang buah heran,  buah impor – semisal jeruk yang jeruk lokal tidak ada, pisang yang mirip pisang lokal, apel yang padahal banyak apel lokal – koq bersih-bersih. Kulitnya tanpa kotoran, bahkan sepertinya tak pernah ada kotoran nempel. Jarang yang bonyok. Kayaknya tahan banting, gerutunya.

Tukang buah lebih heran lagi karena tidak ada lalat (lalat lokal) yang nempel sana-sini. Katanya, sambil telunjuknya menunjukkan buah impor. Sebagai bukti.

Tukang buah mungkin tak tahu bagaimana buah impor direkayasa agar tampak segar. Apalagi kalau diberi tahu kalau buah impor hasil olah salon kecantikan. Malah tukang buah terkekeh bingung. Ada buah bisa dandan.

Tukang buah tahu kalau lalat ora doyan sebagai pertanda. Ternyata kecoak yang bersliweran, sepertinya enggan, malas bahkan takut mampir ke buah impor. Kecoak terbang yang asal mendarat, rasanya tak mau mendarat sembarangan atau asal mendarat darurat di kumpulan aneka buah impor.

Tukang buah cuma geleng kepala jika tahu ada apa dengan buah impor yang masuk “salon buah”. Apakah disortir yang layak jual atau pasal tipu-tipu lainnya.

Tukang buah masih bisa tersenyum jika ada yang beli buah impor yang tampak berklas. Mungkin yang beli sesuai pesanan sang majikan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar