terobosan mbokdé mukiyo, dudu mbrobos
Indonesia boros ideologi dan berat di ongkos, biaya. Politik nusantara boros ambisi. Padahal, profil generasi pribumi loyalis penguasa nusantara, hemat otak vs boros otot.
Kita bayangkan secara sederhana, simple. Tidak pakai lama atau tak perlu mikir. Semakin banyak partai apakah menjamin percepatan perwujudan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bagian akhir alenia kedua Pembukaan (preambule) UUD NRI 1945. Bahasa hukum, bahasa politik yang masih terbuka.
Memang tidak ada konflik politik yang terjadi di tempat umum. Yang ada justru efek domino dari bagaimana penguasa menyikapi modus lawan politik atau pihak yang potensial berseberangan.
Daripada menggalang kekuatan dalam negeri dengan modus kompromi. Menganut asas sistem bagi hasil, pola ganti untung, arisan kesempatan, sistem kompensasi. Tak melanggar pasal jika bekerja sama, sama-sama bekerja dengan pihak asing, kekuatan asing. Walau diutamakan kompenen lokal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar