Halaman

Senin, 30 Mei 2022

mitigasi bencana politik, tunda pilkada atau

 mitigasi bencana politik, tunda pilkada atau

 Pemerinah, DPR dan KPU sepakat pilkada serentak 2020 tidak ditunda. Demikian bunyi sunyi “asu mbalèni piringé vs panguwasa mbélani kursiné”. Diadop dari kisah nyata, bahwasanya barangsiapa mau main politik. Jangan setengah-setengah. Yang jelas-jelas. Apa maunya vs maunya apa. Jangan malu, ragu, sungkan ataupun bertenggang rasa. Plus harus aksi pandai-pandai. Wajib serba mégatéga, anéka mégatéga.

Tujuan akhir wujudan, bentukan strategi politik jangka pendek adalah untuk mengusung kandidat, bakal calon agar mendapat suara pemlih. Cerdas politik tidak sekedar mengandalkan popularitas, elektabilitas, akseptabel atau sebutan keturunan petahana. Faktor lokalitas dan melek politik pemilih tradisional, menjadi faktor penentu.

Jangan lupa dengan gaya diplomasi penyelengara negara. Seolah secara konstitusional, yuridis formal menjauhi sikap konfrontasi, konflik atau pun politik kekerasan/kekuasaan (power politics), dengan menambah kawan, sekutu, mitra dan mengurangi lawan, seteru, pesaing. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar