Halaman

Rabu, 19 Oktober 2016

propaganda dan pengganda isu SARA



propaganda dan pengganda isu SARA

Ternyata, ujaran kebencian (hate speech) yang semula merupakan perbuatan yang memiliki dampak yang merendahkan harkat martabat manusia dan kemanusian seperti yang telah terjadi di Rwanda, Afrika Selatan, ataupun di Indonesia, ternyata di negara multipartai ini justru bisa menunjukkan rendahnya martabat di pengujar kebencian.

Memasuki pilkada serentak 2017, khususnya pilgub DKI Jakarta, maka isu SARA malah dikemas melalui ujar kebencian yang akut. Jangan heran, jika bakal calon petahana, sejawat sudah diprediksi mempraktikkan jurus “mulutmu harimaumu yang akan menerkam kepalamu”.

Selama ini segala tindak laku, olah pkir dan daya ucap sang petahana tidak jauh dari menistakan diri sendiri. Sebagai pertanda orang kehabisan akal. Ciri lain adalah dengan memanfaatkan mulutnya tidak sekedar sebagai sarana ujaran kebencian, tetapi menujukkan jati dirinya. Tinggal kedewasaan penduduk DKI Jakarta untuk menentukan pilihannya. Apakah ikut-ikutan kehilangan akal waras. Akankah aparat pemda DKI Jakarta takut kehilangan jabatan sehingga mengadaikan ideologinya. Akankah partai politik takut kehilangan pamornya, serta merta melacurkan ideologinya.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar