propaganda dan pengganda isu SARA
Ternyata, ujaran kebencian (hate speech) yang semula merupakan perbuatan yang memiliki dampak yang merendahkan harkat martabat
manusia dan kemanusian seperti yang telah terjadi di Rwanda, Afrika Selatan,
ataupun di Indonesia, ternyata di negara multipartai ini justru bisa
menunjukkan rendahnya martabat di pengujar kebencian.
Memasuki pilkada
serentak 2017, khususnya pilgub DKI Jakarta, maka isu SARA malah dikemas
melalui ujar kebencian yang akut. Jangan heran, jika bakal calon petahana,
sejawat sudah diprediksi mempraktikkan jurus “mulutmu harimaumu yang akan menerkam kepalamu”.
Selama ini segala tindak
laku, olah pkir dan daya ucap sang petahana tidak jauh dari menistakan diri
sendiri. Sebagai pertanda orang kehabisan akal. Ciri lain adalah dengan
memanfaatkan mulutnya tidak sekedar sebagai sarana ujaran kebencian, tetapi menujukkan
jati dirinya. Tinggal kedewasaan penduduk DKI Jakarta untuk menentukan
pilihannya. Apakah ikut-ikutan kehilangan akal waras. Akankah
aparat pemda DKI Jakarta takut kehilangan jabatan sehingga mengadaikan
ideologinya. Akankah partai politik takut kehilangan pamornya, serta merta
melacurkan ideologinya.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar