Halaman

Sabtu, 22 Oktober 2016

Dilema Manajemen Waktu Mahasiswa, Aktivis Organisasi vs Kutu Buku



Dilema Manajemen Waktu Mahasiswa, Aktivis Organisasi vs Kutu Buku

Seolah perjalanan waktu dan pertambahan usia mahasiswa menjadikannya studi tepat waktu atau sambil menyelam minum air. Waktu studi dimanfaatkan seoptimal mungkin. Waktu bergulir dengan rutin akan menggerakan argo biaya kuliah, biaya hidup. Beban kuliah tiap hari bertambah harus diimbangi dengan kehidupan sebagai insan kampus, sebagai bagian nyata dari masyarakat.

Menyiapkan diri menghadapi kenyataan hidup pasca wisuda, memaksa mahasiswa pandai-pandai mengelola waktu. Alternatif sebagai aktivis organisasi (organisasi kampus, organisasi kemahasiswaan) atau berpredikat kutu buku, memang bukan pilihan. Tak jarang yang mampu mentuntaskan keduanya secara paralel. Tak jarang pula setelah sekian waktu pasca wisuda, tiap alternatif membawa sukses yang berbeda.

Fakta mengatakan, mahasiswa penyandang IPK bisa diwisuda, malah suskes dunia. Meraih prestasi atau jabatan prestisius di masyarakat. Bahkan mampu membantu almamaternya atau mahasiswa yang sedang menimba ilmu. Strata sukses bisa menentukan nasib kampusnya, misal sebagai wakil rakyat. Kadar IPK bukan jaminan ke masa depannya. Sifat tekun, ulet, tabah yang menentukan konsistensi kehidupan dan hasil perjuangan hidup.

Kendati kampus bebas atau steril dari kegiatan politik,  bukan berarti pengkaderan oleh parpol berhenti. Perjuangan organisasi kemahasiswaan berbasis agama Islam harus berjuang keras, agar laku di mata mahasiswa. Aktif dikegiatan keagamaan sejak di bangku sekolah, memformat mahasiswa lebih nyaman dengan wadah yang menyatu dengan kampus. Memanfaatkan fungsi masjid kampus untuk berbagai aktivitas berbasis Islam.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar