Halaman

Rabu, 05 Oktober 2016

efek domino revolusi mental, politik dagang vs dagang politik



efek domino revolusi mental, politik dagang vs dagang politik

Wujud demokrasi Nusantara ditandai dengan buka praktik 24 jam kawanan pelaku, pekerja, petugas, pegiat partai politik. Terjemahan bebasnya adalah membeli suara rakyat dengan sistem borongan, bisa dengan harga murah. Politik tebar jala, menjadikan rakyat siap menerima kaos partai sebagai penggembira kampanye, terima duwit dari berbagai pihak. Saat partai pemenang pesta demokrasi siap melayani rakyat selama satu periode, rakyat mendapatkan berbagai hak individu dengan harga nyaris tak terjangkau. Dimana wakil rakyat saat rakyat tetap turun ke jalan memperjuangkan nasibnya.

Tak sengaja diketemukan bahwasanya tata niaga politik Nusantara semakin dinamis karena cita rasa dan citra diri sebagai bagian dari konspirasi dan skenario mancanegara. Produk lokal nasional Pancasila, sila-silanya sudah dipraktikkan lewat partai politik dengan baik, benar dan berkesejahteraan. Perputaran uang Rp sebagian besar berpusar di Jakarta, semakin disparitas atau kesenjangan pusat dengan daerah menganga. Semangat otonomi daerah melahirkan raja-raja kecil, membuahkan sistem keluarga melalui kemasan dinasti politik. Kekuasaan berpusar pada trah tertentu. Jargon pariwara tempo doeloe “kalau sudah duduk, lupa berdiri” didaur ulang kawan.

Setiap pilkada, rakyat mengharapkan datangnya satria piningit, berasa muncul keajaiban politik. Begitu terpilih wajah baru, semangat bangkit bergegas. Perjalan waktu tanpa terasa rakyat kembali berharap agar pilkada diselenggarakan setiap tahun. Mirip perpanjangan STNK. Bisa tetap atas nama pemilik semula, atau sudah berubah menjadi milik orang lain akibat transaksi politik. Setelah lima tahun baru ganti plat baru.

Kita bersyukur, identitas demokrasi atau politik Nusantara, jangan disamakan dengan aparat keamanan yang selalu kalah selangkah dengan modus operandi tindak kriminal. Apalagi kalau pelaku atau tersangka, terduga, terdakwa adalah orang dalam. Minimal ada hubungan kekerabatan dengan orang kuat. Hubungan industrialis Pancasila masih kental di sistem demokrasi dan pola pergerakkan politik Nusantara. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar