ketika pagi menanti matahari
Lima
ikhwal tentang diri kita yang berada di genggaman tangan Allah. Dimulai dengan kelahiran kita di dunia. Kita tidak
bisa pesan ingin lahir lewat rahim siapa pun. Sejak dalam kandungan bunda, kita
tidak bisa minta waktu ingin lahir kapan dan dimana. Elusan tangan bunda,
bisikan hati bunda menandakan kehadiran kita ditunggu dengan segenap cinta dan
setumpuk kasih sayang.
Derita bunda
sampai puncaknya saat kita keluar dari rahimnya. Saat kita berontak ingin
melepaskan diri dari kadungan bunda. Segera dan bergegas memasuki alam
kehidupan berikutnya. Sapaan riang sambut kehadiranku dari suara yang tak asing
di telinga. Sentuhan tangan lembut terasa di kulit. Menyambut alam lain yang begitu luas dengan tidur pulas.
Waktu beredar secara konsisten, tidak mengenal kompromi.
Argo perjalanan
hidup di dunia sudah berdetak, rutin dalam hitungan detik. Apa yang akan
terjadi, yang akan kita alami, kita hadapi, kita lewati, semua sudah ditetapkan
oleh skenario Allah. Manusia sekedar melaksanakan perintah-Nya. Mengikuti aturan
main-Nya. Memang seolah kita diberi hak prerogatif untuk berbuat apa saja. Dunia
menawarkan berbagai jenis nikmat, nikmat dunia. Kita tinggal memetiknya,
memungutnya tanpa perlu peras keringat. Ataukah justru banting tulang, peras
otak dan peras keringat demi nikmat dunia. Terjebak rutinitas kehidupan mulai
dari bangun pagi sampai bangun pagi hari berikutnya.
Babakan
kehidupan yang kita lakoni, terkait soal jodoh yang tetap misteri. Perjuangan diri
dan perjuangan orangtua untuk mencarikan dan mengantar kita ke jenjang
pernikahan. Jodoh ada yang sesuai cita-cita, ada yang diluar dugaan. Soal jodoh,
bukan sekedar waktu penantian, bukan pula sekedar perjuangan untuk meraihnya. Mulai
menyiapkan diri dan meyakinkan diri atas kehendak dan ketetapan Allah.
Uber rezeki
Allah ketika kita usai menegakkan sholat fardhu. Walau terjebak urusan dunia,
luangkan waktu tegakkan solat dhuha. Waktu terjebak arus lelap malam,
manfaatkan sepertiga akhir malam untuk menatap wajah-Nya, untuk berdialog
mengajukan daftar permintaan. Untuk mengadu, menyampaikan tuntutan hidup.
Ketika kita
sudah menjadi sepasang suami isteri, lajut menyandang status sebagai orangtua,
misteri kehidupan harus tetap kita lakoni, kita jalani dengan berpegang pada
tali Allah, di jalan-Nya yang lurus
cobaan hidup tetap akan menghadang di depan mata. Sampai ajal menjemput
diri, tetap misteri. Kita hanya bisa memohon agar ajal adalah sarana bertatap
muka dengan-Nya. Kembali ke yang menciptakan diri kita. Mengharap ridho-Nya
agar hidup tidak merugi dan rugi. Jangan sesat diterang Illahi. Jangan benci
diri mencoba lulus dari ujian-Nya. [Haen]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar