Halaman

Minggu, 02 Oktober 2016

politisi perempuan, wajah mana yang perlu dipoles



politisi perempuan, wajah mana yang perlu dipoles

Kuota perempuan dalam parlemen, selalu muncul jelang pemilihan umum legislatif. Menjadi polemik tak berujung pangkal. Perempuan muncul dadakan sebagai pembantu presiden, khususnya melalui jalur politik sebagai balas jasa sebagai konsekuensi logis menang pileg atau jalur independen, professional – bisa menimbulkan pro dan kontra.

Rakyat bisa tahu terpaksa tahu, siapa saja perwakilan kaum hawa yang layak, patut, pantas tampil di panggung politik. Karena bangsa ini masuk bangsa pemaaf, tidak mau ramai dengan siapa yang berani malu tampil. Kategori menang merek, dedikasi politik sampai kategori kutub lain yaitu karena asas prefesionalitas.

Perempuan yang dikenal banyak mulut, namun saat jadi politisi malah mahal bicara. Perempuan politisi merasa semakin diam, biar dikira emas. Semakin banyak memeras air mata sendiri, biar dikira peduli nasib bangsa. Yang ahli diskusi, dialog, debat didominasi kaum adam.

Memang politisi kaum hawa mampu memainkan peran apa saja. Mampu menjiwai topeng yang sedang dipakai. Mampu melakukan peran, adegan apa saja. Yang pentingan imbalannya memadai.

Politisi perempuan sibuk memoles berbagai wajah dan cadangan wajah yang dimiliki, sambil tunggu waktu akhir pentas. Berharap tampil di episode berikutnya.  [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar