politisi perempuan, wajah mana yang perlu dipoles
Kuota perempuan dalam parlemen, selalu
muncul jelang pemilihan umum legislatif. Menjadi polemik tak berujung pangkal. Perempuan
muncul dadakan sebagai pembantu presiden, khususnya melalui jalur politik
sebagai balas jasa sebagai konsekuensi logis menang pileg atau jalur independen,
professional – bisa menimbulkan pro dan kontra.
Rakyat bisa tahu terpaksa tahu,
siapa saja perwakilan kaum hawa yang layak, patut, pantas tampil di panggung
politik. Karena bangsa ini masuk bangsa pemaaf, tidak mau ramai dengan siapa
yang berani malu tampil. Kategori menang merek, dedikasi politik sampai
kategori kutub lain yaitu karena asas prefesionalitas.
Perempuan yang dikenal banyak mulut,
namun saat jadi politisi malah mahal bicara. Perempuan politisi merasa semakin
diam, biar dikira emas. Semakin banyak memeras air mata sendiri, biar dikira
peduli nasib bangsa. Yang ahli diskusi, dialog, debat didominasi kaum adam.
Memang politisi kaum hawa mampu
memainkan peran apa saja. Mampu menjiwai topeng yang sedang dipakai. Mampu melakukan
peran, adegan apa saja. Yang pentingan imbalannya memadai.
Politisi perempuan sibuk memoles
berbagai wajah dan cadangan wajah yang dimiliki, sambil tunggu waktu akhir
pentas. Berharap tampil di episode berikutnya. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar