parpol tidak siap menang vs pasangan tidak siap
nikah
Pernik-pernik kehidupan sebagai
individu, sebagai anggota masyarakat dibanding dengan kehidupan bangsa, seolah
ada timbal baliknya. Ada korelasi yang menjurus ke bentuk benang merah yang
fungsional. Begitu bangsa begitu anak bangsa. Diyakini, bangsa sebagai
kumpulan, himpunan keluarga. Bangsa sebagai keluarga besar.
Masalahnya, jika ikan
busuk mulai dari kepalanya, maka negara akan mengalami proses degradasi akibat
ulah sang kepala. Tak heran kalau kepala negara mengalami proses pergantian
lima tahun sekali. Kalau rakyat berkenan, bisa lanjut ke periode berikutnya. Jangan
heran kalau periode 2014-2019 aroma irama politik Nusantara sarat pencitraan
atau bahkan menampilkan watak sejatinya. Rakyat sudah tidak bisa dibodohi
hidup-hidup. Model jual pengharu rasa maupun orasi berhiba-hiba, tidak mempan
untuk merebut simpati rakyat. Cari operator lain.
Pasangan Jokowi-JK masih
jau dari takaran dwitunggal. Nafsu utama mengapa Jokowi ingin maju di pilpres
2019, karena ingin lepas dari JK. Itu saja. Pengganti JK malah menjadi bumerang
bagi Jokowi. Dua kali perombakan kabinet kerja, membuktikan sedemikian rapuh kondisi internal parpol
pemenang pesta demokrasi 2014. Kasus yang tak terendus awak media massa, kasus
terbungkus kardus dengan kemasan lokal, sampai manipulasi watak diri yang tidak
termasuk superdukun pengganda jabatan, kekuasaan, masa pemerintahan.
Rakyat terdampak parpol
tidak siap menang, setia dengan dukungan doa agar bangsa ini tetap utuh. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar