Halaman

Kamis, 13 Oktober 2016

Indonesia menunggu aib politik nasional raib



Indonesia menunggu aib politik nasional raib

Pada kesempatan yang tak tersangka, yang datang tanpa pertanda, ki dalang Sobopawon sempat-sempatnya menyempatkan diri untuk ngudal piwulang tanpa diminta pihak manapun. Bersifat spontanitas, walau tidak sporadis. Tema yang disajikan berkisah tentang aib politik Nasional.

Entah kapan kejadiannya, tidak penting. Dimana tempat kejadian perkara, bukan masalah. Oknum siapa saja yang tertangkap tangan, tidak berpengaruh. Semua sesuai skenario. Ketika terjadi benturan antar gender di pilpres yang mulai tahun 2004, mau tak mau, menimbulkan jejak dendam politik tak berkesudahan. Dendam yang tidak bisa menyublim. Bukan atom yang kehilangan daya setengahnya demi setengahnya.

Dendam politik Nusantara berdalih emansipasi sungguh di luar jalur rasa manusia yang penuh budaya. Seolah bangsa ini masih menganut paham animisme politik dan dinamisme politik. Berkat pahala reformasi 3K (kuasa, kuat,kaya) mejadi tujuan segala tujuan berpolitik. Aliran dan bentuk ideologi bukannya banci, walau masuk arus LGBT. Entah dari singkatan apa, diambil dari kamus bahasa mana.

Pertanda zaman suda bermunculan, mulai dari alam yang memberontak sampai perilaku manusia diluar asas kemanusiaan. Ingat, setan pun bingung karena tidak merasa menghasut manusia ybs untuk berbuat demikian. Mulai ada yang menganggap dirinya nabi perempuan atau merasa jadi anak tuhan yang perempuan. Ada yang memperdagangkan pil setan dengan berkolaborasi, kerja sama lintas pertahanan dan keamanan. Ganti wacana, guman ki dalang Sobopawon, diharut-marut keuangan negara yang diobati dengan pengampunan pajak, muncul lelakon orang tanpa ilmu bisa menggandakan uang.

Munculnya partai politik, lahirnya partai politik di tahun 2016, menambah marak dendam politik nasional. Ingat semboyan harian politis Nasional : “hari ini siapa yang akan dimakan”. Opo tumon. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar