Berhala Reformasi 3K dan Dukun Pengganda Kekuasaan
Kekuatan
Reformasi bergulir mulai
dari puncaknya, ditengarai dengan lengser
keprabon RI-1 kedua, Jenderal Besar Suharto. Tak urung, kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat mengalir deras, tak terbendung dan
nyaris tak terkendali. Kehidupan politik mengalami perubahan bentuk paling drastis.
Manusia politik menunjukkan watak asli, jati diri, identitas pribadi tanpa
sungkan, tanpa merasa risi secuwilpun.
Konon, keluh ki dalang
Sobopawon, dengan mudah anak bangsa mendirikan partai politik. Tak selang lama,
muncul berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya). Sejarah membuktikan platform utawa landasan ideologi partai
politik tak jauh dari fungsi Rp. Idealisme, nasionalisme, cinta tanah air,
semangat persatuan dan kesatuan, pro rakyat mengalami degradasi secara
sistematis, masif dan menerus.
NKRI menjadi ajang
pertarungan syahwat politik Nusantara. Animisme politik dan dinamisme politik
didaur ulang, dikemas ulang. Dengan label baru.
Animisme Politik merupakan sinerji, resultan dari berbagai aliran, paham,
ideologi kepercayaan yang yakin diri bahwa roh mendiami semua benda, khususnya Kursi sebagai lambang kekuasaan formal, legal,
konstitusional. Kita tak perlu menyinggung kapling pemercaya tuah benda pusaka.
Dinamisme Politik merupakan rasa penuh percaya bahwa segala sesuatu, yang
terlihat maupun tak terendus indra
pengelihatan, mempunyai tenaga, enerji daya yang dapat mempengaruhi bahkan
menentukan nasib karir politik, keberhasilan atau kegagalan manusia dalam
mempertahankan hak politiknya.
Heboh dukun pengganda
uang, diperkuat bertakhta di padepokan, semakin membuktikan berhala reformasi
masih menjadi tujuan utama, sasaran pertama niat berpolitik. Mungkin, karena
dukun pengganda kekuasaan dan/atau kekuatan sah secara konstitusional, legal
dari aspek yuridis formal, dilindungai UU, praktiknya tak terendus pihak
manapun. Kecuali kalau ada yang mau cari penyaklit.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar