efek domino revolusi mental, pernikahan dini vs perceraian dini
Pemerintah masih adem
ayem dengan kasus pernikahan dini dan perceraian dini. Karena selain tidak ada
pihak yang mempolitisir, juga bukan makanan empuk awak media massa. Kendati bisa
sebagai fenomena puncak gunung es yang mencuat dipermukaan samudera, pemerintah
bisa-bisa dengan ringan kata menyalahkan pelakunya.
Mungkin karena belum
masuk kategori bencana nasional atau dibanding dengan negara ASEAN lainnya masih
belum lampu kuning.
Revolusi mental memang
mensyaratkan bahwa nikmati kemenagan politis seoptimal mungkin selama satu
periode, selama lima tahun. Persoalan periode mendatang masih dikontrak oleh
rakyat, lain pasal, beda perkara, urusan tidak sama. Semangat ini mengilhami generasi
masa depan untuk memanfaatkan waktu lima tahunnya dengan berbagai cara, upaya,
ikhtiar. Mulai dari sistem uji coba, pola barter, pola inden atau ngijon, 30% uang muka langsung tancap
gas.
Karakter revolusi mental
setara dengan faham pukul dulu, gebug dulu, urusan belakangan. Salah sasaran
sebagai hal manusiawi. Wajar sesuai SOP. Makanya, jangan berada di tempat yang
bukan semestinya, pada waktu yang bukan waktunya. Risiko ditanggung penumpang.
Jadi, ada kaitan antara
parpol tidak siap menang di pesta demokrasi 2014 dengan pasangan yang tidak
siap nikah! [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar