PAN dan
loncatan politik kedePAN
“PAN gabung
ke pemerintah, inilah kekuatan KIH dan KMP di DPR”
Merdeka.com
- Peta politik di DPR dipastikan
berubah setelah Partai Amanat Nasional (PAN) bergabung dalam Koalisi Indonesia
Hebat. PAN sudah terang-terangan mendukung Presiden Joko Widodo.
"Kalau dulu PAN menyatakan mendukung, sekarang PAN menyatakan bergabung dengan pemerintah," kata Zulkifli dalam jumpa pers di Istana Negara, Rabu (2/9).
Zulkifli terlihat semringah saat mengumumkan PAN bergabung KIH. Jokowi yang berada di sampingnya juga langsung tersenyum.
Bergabungnya PAN
disambut baik Jokowi. Mantan Gubernur Jakarta itu menilai PAN mampu membawa angin segar bagi
pemerintahan yang bakal ia pimpin untuk lima tahun ke depan.
"Saya melihat
PAN mengutamakan lebih besar kepentingan negara dan rakyat. Dan semoga dengan
bergabungnya PAN dengan pemerintah, bisa menjadikan semangat kami bersama
menjadi bagian perubahan menuju Indonesia yang lebih baik," ujarnya.
Perubahan paling
mencolok adalah peta politik di DPR setelah PAN bergabung. Artinya, KIH akan
mendapatkan suntikan kekuatan di parlemen.
Selama ini kekuatan
KIH di DPR hanya 207 kursi. Terdiri dari PDIP (109 kursi), PKB (47 kursi),
Partai NasDem (35 kursi) dan Partai Hanura (16 kursi). Dengan masuknya PAN (49
kursi), jumlah kursi KIH menjadi 256 kursi di DPR.
Sementara Koalisi
Merah Putih (KMP) kekuatannya tergembosi setelah PAN keluar. Jika dihitung, KMP
hanya menyisakan Partai Gerindra (73 kursi), PKS (40 kursi), PPP (39 kursi),
dan Partai Golkar (91 kursi). Sehingga total kekuatan KMP hanya 243 kursi.
Itupun dengan catatan PPP dan Partai Golkar tidak masuk angin setelah kedua
partai itu mengalami dualisme kepemimpinan.
. . . . . . . . . . . . . . . .
Tanggapan spontan dari Jokowi sampai pengamat politik
picisan, amatiran, rombengan maupun apkiran yang memanfaatkan kefasikan media
massa bersifat formal, datar dan hambar.
Orang lupa ada apa udang dibalik batunya oknum ketum
PAN. Pernah berujar:
"Saya
ingin warga Muhammadiyah paham akan politik. Politik adalah jalan mencapai
kekuasaan. Dan ini cara yang sah serta dilindungi oleh konstitusi dan hukum.
Jadi janganlah alergi terhadap politik," ujar Zulkifli.
(sumber : http://www.republika.co.id/berita/mpr-ri/berita-mpr/15/06/11/nps0g3-ketua-mpr-minta-pemuda-muhammadiyah-jadi-teladan)
Orang tidak ingat bahwasanya Muhammadiyah
sudah ganti ketua umumnya, yang sebelumnya selama 2 (dua) periode dipegang oleh
oknum yang sama. Pergantian bukannya tanpa dampak, ekses, efek ke daya juang
PAN. Apalagi tokoh bak Sengkuni sudah dirawat dan diruwat secara adat kejawen.
Orang seolah tidak mau tahu,
bahwa PAN sudah bisa membaca peta politik Nusantara 2014-2019. PAN sudah
menandai, menengarai, mengandalkan firasat dan pengendusan politik, sudah
proaktif terhadap adanya titik kritis
dan titik krisis. PAN dengan sistem pengkaderannya, yakin akan mampu menyalip
parpol sekaliber PG, PD apalagi PDI-P.
Orang mendadak memorinya
terganggu secara sistematis, masif dan dinamis. Tidak bisa menerawang betapa
kemungkinan yang terjadi di tengah periode 2014-2019. Nafsu besar bandar
politik pendudkung Jokowi-JK namun jiwa minimalis, akan dibuktikan oleh waktu.
Merasa negara sebagai warisan dari nenek moyangnya akan berakibat fatal.
Orang tidak merasa bahwa akal
politiknya hanya sebatas mengamini keadaan. Hanya melihat yang melintas,
berkelebat didepan mata. Tidak melihat tanda-tanda zaman, tidak menganggap sebagai
asap yang tentu ada apinya. Barter politik yang digulirkan PAN sebagai langkah
awal untuk memainkan peran sebagai faktor penentu dalam percaturan politik.
Pendulum politik sudah menujukkan gejala kemana angin politik bergerak. PAN mengandalkan daya endus politiknya, tepatnya mengandalkan
penerawangan politiknya.
Artinya,
PAN gabung ke pemerintah (jangan dibaca ke Jokowi-JK) sebagai langkah awal
untuk memproklamirkan diri secara konstitusional dan yuridis. PAN mampu
memanfaatkan momentum politik yang sudah kehilangan roh, jiwa dan semangat. Partai Islam tidak bisa duduk manis adem ayem merasa ati tentrem
(hati tentram). Langkah prospektus PAN sebagai ikhtiar nyata curi start pesta
demokrasi 2019. PAN
“menjawab” suara dari lubuk hati terdalam rakyat yang tidak buta politik.
Jangan sampai Nusantara melakukan dan mengulang dosa politik turun-temurun.[HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar