Halaman

Kamis, 03 September 2015

PAN dan loncatan politik kedePAN

PAN dan loncatan politik kedePAN

 

“PAN gabung ke pemerintah, inilah kekuatan KIH dan KMP di DPR”


http://cdn.klimg.com/merdeka.com/media/i/a/logo-detail-www.pngReporter : Henny Rachma Sari | Rabu, 2 September 2015 15:37
Merdeka.com - Peta politik di DPR dipastikan berubah setelah Partai Amanat Nasional (PAN) bergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat. PAN sudah terang-terangan mendukung Presiden Joko Widodo.

"Kalau dulu PAN menyatakan
mendukung, sekarang PAN menyatakan bergabung dengan pemerintah," kata Zulkifli dalam jumpa pers di Istana Negara, Rabu (2/9).

Zulkifli terlihat semringah saat mengumumkan PAN bergabung KIH. Jokowi yang berada di sampingnya juga langsung tersenyum.

Bergabungnya PAN disambut baik Jokowi. Mantan Gubernur Jakarta itu menilai PAN mampu membawa angin segar bagi pemerintahan yang bakal ia pimpin untuk lima tahun ke depan. 

"Saya melihat PAN mengutamakan lebih besar kepentingan negara dan rakyat. Dan semoga dengan bergabungnya PAN dengan pemerintah, bisa menjadikan semangat kami bersama menjadi bagian perubahan menuju Indonesia yang lebih baik," ujarnya.

Perubahan paling mencolok adalah peta politik di DPR setelah PAN bergabung. Artinya, KIH akan mendapatkan suntikan kekuatan di parlemen.

Selama ini kekuatan KIH di DPR hanya 207 kursi. Terdiri dari PDIP (109 kursi), PKB (47 kursi), Partai NasDem (35 kursi) dan Partai Hanura (16 kursi). Dengan masuknya PAN (49 kursi), jumlah kursi KIH menjadi 256 kursi di DPR.

Sementara Koalisi Merah Putih (KMP) kekuatannya tergembosi setelah PAN keluar. Jika dihitung, KMP hanya menyisakan Partai Gerindra (73 kursi), PKS (40 kursi), PPP (39 kursi), dan Partai Golkar (91 kursi). Sehingga total kekuatan KMP hanya 243 kursi. Itupun dengan catatan PPP dan Partai Golkar tidak masuk angin setelah kedua partai itu mengalami dualisme kepemimpinan.
. . . . . . . . . . . . . . . .
Tanggapan spontan dari Jokowi sampai pengamat politik picisan, amatiran, rombengan maupun apkiran yang memanfaatkan kefasikan media massa bersifat formal, datar dan hambar.

Orang lupa ada apa udang dibalik batunya oknum ketum PAN. Pernah berujar:
"Saya ingin warga Muhammadiyah paham akan politik. Politik adalah jalan mencapai kekuasaan. Dan ini cara yang sah serta dilindungi oleh konstitusi dan hukum. Jadi janganlah alergi terhadap politik," ujar Zulkifli.
(sumber : http://www.republika.co.id/berita/mpr-ri/berita-mpr/15/06/11/nps0g3-ketua-mpr-minta-pemuda-muhammadiyah-jadi-teladan)

Orang tidak ingat bahwasanya Muhammadiyah sudah ganti ketua umumnya, yang sebelumnya selama 2 (dua) periode dipegang oleh oknum yang sama. Pergantian bukannya tanpa dampak, ekses, efek ke daya juang PAN. Apalagi tokoh bak Sengkuni sudah dirawat dan diruwat secara adat kejawen.

Orang seolah tidak mau tahu, bahwa PAN sudah bisa membaca peta politik Nusantara 2014-2019. PAN sudah menandai, menengarai, mengandalkan firasat dan pengendusan politik, sudah proaktif terhadap adanya  titik kritis dan titik krisis. PAN dengan sistem pengkaderannya, yakin akan mampu menyalip parpol sekaliber PG, PD apalagi PDI-P.

Orang mendadak memorinya terganggu secara sistematis, masif dan dinamis. Tidak bisa menerawang betapa kemungkinan yang terjadi di tengah periode 2014-2019. Nafsu besar bandar politik pendudkung Jokowi-JK namun jiwa minimalis, akan dibuktikan oleh waktu. Merasa negara sebagai warisan dari nenek moyangnya akan berakibat fatal.

Orang tidak merasa bahwa akal politiknya hanya sebatas mengamini keadaan. Hanya melihat yang melintas, berkelebat didepan mata. Tidak melihat tanda-tanda zaman, tidak menganggap sebagai asap yang tentu ada apinya. Barter politik yang digulirkan PAN sebagai langkah awal untuk memainkan peran sebagai faktor penentu dalam percaturan politik. Pendulum politik sudah menujukkan gejala kemana angin politik bergerak. PAN mengandalkan daya endus politiknya, tepatnya mengandalkan penerawangan politiknya.

Artinya, PAN gabung ke pemerintah (jangan dibaca ke Jokowi-JK) sebagai langkah awal untuk memproklamirkan diri secara konstitusional dan yuridis. PAN mampu memanfaatkan momentum politik yang sudah kehilangan roh, jiwa dan semangat. Partai Islam tidak bisa duduk manis adem ayem merasa ati tentrem (hati tentram). Langkah prospektus PAN sebagai ikhtiar nyata curi start pesta demokrasi 2019. PAN “menjawab” suara dari lubuk hati terdalam rakyat yang tidak buta politik. Jangan sampai Nusantara melakukan dan mengulang dosa politik turun-temurun.[HaeN]. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar