kefasikan media massa, pengamat perilaku
vs perilaku pengamat
Peribahasa “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui” atau juga “sekali tepuk
dua lalat” artinya satu kali melakukan tindakan, pekerjaan, mendapatkan
beberapa hasil (atau keuntungan) sekaligus. Jangan dibayangkan betapa media
massa, khususnya media penyiaran televisi, dengan sengaja, terencana dan
sistematis mengulang potongan berita tertentu. Cuplikan omongan oknum pejabat
tak ada beda dengan keluhan oknum tersangka tipikor, selalu ditayang ulang,
sebagai bumbu penyedap suatu acara, atraksi, adegan layak tayang.
Pengusaha, pemilik modal perusahaan tv,
mempunyai skenario berlapis untuk mencuci otak pirsawan/pendengar setianya. Dakwaan
pasal berlapis pun sudah diantisipasi. Berkali-kali merengkuh dayung maupun
berkali-kali tepuk, secara deret hukum, akan berkibat secara deret ukur. Ironisnya,
penonton melihat adegan reka ulang, tayang ulang malah dianggap sebagai
hiburan. Penonton mentertawakan dirinya sendiri. Penonoton tersuguhi bahwa yang
baik dengan yang jahat, hanya sebagai persepsi, bukan berdasarkan norma agama. Penonton
terkontaminasi 24 jam dengan penjajahan melalui mata dan telinga.
Emosi penonton sengaja diaduk-aduk dijadikan
sebagai sarana pengkerdilan jiwa. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar